Oleh: Ady Amar*
ANIES Baswedan mampu menampar rezim Jokowi, dan itu tanpa perlu menggunakan argumen kata-kata mematikan. Cukup dengan diam, dan pada saatnya waktu yang nantinya membalas dengan pembuktian sebaliknya dari apa yang sepatutnya tak dipersoalkan. Tabiat Anies memang tidak berbantahan di ruang publik.
Jakarta International Stadium (JIS) dalam perbincangan. Setelah lama tak disapa, tiba-tiba muncul pernyataan spekulatif politis istana, itu tentang rumput yang dipakainya--dari sebelumnya soal pintu masuk yang cuma satu, dan area parkir yang tak menampung banyak kendaraan penonton, tak membuat Anies risau, lalu merespons dengan pembelaan.
Anies membiarkan saja polemik berlangsung, ia tetap khusyu' dengan ibadah hajinya yang dilanjut silaturahim pada tokoh dan ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Semua pahamlah, bahwa Men- downgrade dirinya tengah diupayakan sepenuh hati.
Gonjang-ganjing JIS di tanah air tak merusak agenda Anies di Tanah Haram. Anies seperti tak merasa terusik. Ia cuma berujar, Silahkan JIS direnovasi, itu setelah diverifikasi FIFA. Hal itu ia sampaikan lewat politisi PKS Mardani Ali Sera, yang dimuat dalam Twitter pribadinya, Kamis (6/7/2023).
"Mas @aniesbaswedan bilang JIS bukan miliknya, tapi milik bangsa Indonesia karya anak bangsa. Jika mau direnovasi monggo. Namun ojo kesusu & menghakimi, biarkan FIFA yang menilai. Setorkan aja 6 stadion RI, lalu cek apa rekomendasinya, jika ada perbaikan ikuti saja."
JIS salah satu legacy yang ditinggalkan Anies. Karenanya, identik dengan Anies. JIS memang megah mencengangkan, jika mata yang melihat tak rabun oleh subyektivitas sempit. Pembangunannya pun tak main-main. Menggandeng jasa perusahaan konsultan desain dan konstruksi asal Inggris, Buro Happold. Perusahaan yang telah berpengalaman lebih dari 45 tahun. Membangun banyak stadion mentereng di banyak tempat. Di antaranya stadion Tottenham Hotspur, dan beberapa stadion di Qatar.
Jika tak sarat politisasi, mestinya simpel melihat JIS itu apakah sudah memenuhi standar FIFA, atau ada bagian tertentu yang perlu direnovasi. Bukan seperti apa yang dilakukan Ketua Umum PSSI yang juga Menteri BUMN Erick Thohir, terkesan norak saat berombongan meninjau JIS. Layaknya seperti ngeroyok Anies dengan mengecilkan karyanya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ikut serta dengan menenteng "tukang rumput" guna menilai layak tidaknya rumput JIS, menurut standar FIFA. Tak ketinggalan ikut pula dalam rombongannya, Plt Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Plus serombongan juru warta menyertai, agar langkah mereka yang grusa-grusu itu bisa secepatnya diberitakan.
Setelah mendengar penjelasan "tukang rumput", bahwa rumput JIS tidak layak dipakai. Karenanya, rumput JIS perlu diganti. Sarannya, karena berkejaran dengan waktu untuk perhelatan Piala Dunia U-17, maka perlu diambilkan rumput yang sudah jadi dari lapangan golf. Keluarlah angka Rp 6 miliar untuk renovasi rumput. Lalu Menteri Basuki Hadimuljono tampil memberi penjelasan pada pers, bahwa rumput JIS tidak layak, dan akan diganti sebagaimana usulan "tukang rumput".
Langkah pembantu Presiden Jokowi ini kasar. Bisa dipastikan itu suara rezim menyikapi hal yang bersangkut paut dengan Anies. Meski tanpa isyarat sekalipun, tahu apa yang mesti dikerjakan untuk men- downgrade Anies. Tidak dicukupkan merundung Anies lewat buzzer, yang terbilang gagal, tapi tetap dipakai jasanya. Proyek mubazir dengan gelontoran uang puluhan atau bahkan ratusan miliar untuk menghabisi Anies, yang justru makin menaikkan elektabilitasnya.
Karenanya, cara lain pun dipakai, dan itu dengan mengikis legacy yang ditinggalkan Anies di Jakarta. Kali ini JIS yang dipilih. Tidak mustahil pula besok-besok trotoar yang dibangun Anies ratusan kilometer itu juga akan dipersoalkan. Itu hal yang mudah bisa dibuat, misal dengan mempersoalkan keramik yang dipakai terlalu licin, dan itu berbahaya bagi pejalan kaki. Upaya yang hanya ingin mengesankan, bahwa Anies membangun Jakarta dengan tanpa perencanaan yang matang. Menjadi tidak masalah jika ratusan miliar uang mesti keluar untuk penggantian keramik, tentu jika itu terjadi, yang itu cuma untuk men- downgrade Anies.
Setiba Anies di tanah air bisa jadi nantinya kita akan mendengar penjelasan darinya, jika itu dirasanya perlu. Bisa jadi sekadar penjelasan pengulangan dari pernyataan sebelumnya, Silahkan JIS direnovasi, tapi menunggu penilaian FIFA. Anies sepertinya tak perlu membela diri atas perundungan JIS, karena sudah banyak para pihak yang tanpa diminta "membelanya".
Maka menarik mencermati ungkapan pengamat bola, Tommy Welly, atau akrab dipanggil Bung Towel, yang mengomentari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam pernyataan akan mengganti rumput yang ada di JIS. "Menteri PUPR bukan asesor FIFA. Karenanya tidak berhak bicara di luar kewenangannya. Yang berhak memberi pernyataan itu adalah FIFA sendiri selaku regulator dari persepakbolaan dunia."
Suara-suara senada banyak muncul digaungkan pengamat bola. Semua lebih menyayangkan jika ini ditarik pada kepentingan politik dibanding JIS dipakai untuk Piala Dunia U-17. Terpenting dikesankan JIS tidak sempurna, itu sepertinya sudah cukup. Selanjutnya, JIS akan ditinggalkan. Tak akan disentuh, karena di situ sarat Anies.
Main-mainan Erick Thohir dan rombongan, itu cuma langkah sia-sia. Terkesan grusa-grusu. Cuma menimbulkan kehebohan sesaat, selang setelahnya justru muncul caci maki rakyat pada rezim Jokowi. Sedang sebaliknya, memunculkan simpati terus mengalir pada Anies. Sebuah tamparan pada rezim Jokowi.
Anies Baswedan mampu menampar rezim Jokowi, dan itu tanpa perlu menggunakan argumen kata-kata mematikan. Cukup dengan diam, dan pada saatnya waktu yang nantinya membalas dengan pembuktian sebaliknya dari apa yang sepatutnya tak dipersoalkan. Tabiat Anies memang tidak berbantahan di ruang publik.
*) Penulis adalah seorang kolumnis