Terang-terangan Bakal Persulit Pembelian Mobil Berbahan Bakar Minyak, Luhut Disentil: Bisnis The Real President Ini Bakal Menggelembung

Terang-terangan Bakal Persulit Pembelian Mobil Berbahan Bakar Minyak, Luhut Disentil: Bisnis The Real President Ini Bakal Menggelembung

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Pengamat Kebijakan Publik Gigin Praginanto mengomentari pernyataan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal percepatan penggunaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) khusunya mobil listrik..

Luhut telah meminta China untuk memproduksi lebih banyak mobil listrik untuk digunakan Indonesia. Selain itu, secara bertahap dia juga akan mulai ‘mempersulit’ pembelian mobil berbahan bakar minyak (BBM).

"Jadi kemarin waktu kita ke Tiongkok, sudah kita dorong supaya production mereka supaya lebih banyak lagi. Dan kita juga secara bertahap akan mulai mempersulit, tanda kutip, mobil combustion," jelas Luhut dalam acara Peluncuran Battery Assets Management Services (BAMS), di Kantor Kemeko Marves, Jakarta, dikutip Rabu (14/6/2023) dari CNBC.


Tujuannya tentu agar masyarakat beralih menggunakan mobil listrik sehingga kualitas udara di DKI Jakarta semakin baik seperti negara tetangga.

"Sehingga demikian Jakarta ini air quality-nya makin baik. Sehingga keluarga kita itu akan mendapat air quality seperti negara tetangga kita," tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Gigin meyakini bisnis mobil listrik yang dijalankan Luhut akan semakin menggelembung. Dia bahkan memberi julukan Luhut dengan sebutan ‘The Real President’.


“Bisnis the real president ini bakal menggelembung,” ujar Gigin, dikutip Suara Liberte dari akun Twitter @giginpraginanto pada Rabu (14/6/2023).

Seandainya presiden 2024 masih orangnya, bukan tak mungkin kekuasaan dan kekayaan Luhut akan semakin membengkak.

“Kalau presiden mendatang masih dalam genggamannya, kekuasaan dan kekayaannya bakal lebih membengkak lagi, apalagi bila para bos Parpol makin rajin menjilat,” ujar Gigin.

Sementara itu, terkait emisi karbon, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengklaim bahwa kendaraan listrik tetap berkontribusi menguranginya meski Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara masih menjadi sumber energinya.


"Perbedaan besarnya terletak pada emisi yang dihasilkan. Hitungannya, 1 liter bensin jika dibakar akan mengeluarkan 2,3 kg CO2. Sedangkan pada mobil listrik yang diasumsikan menggunakan energi 100% dari PLTU hanya akan menghasilkan emisi sebanyak 1,2 kg CO2. Why? Karena tadi, combustion engine itu tidak terlalu efisien," jelas Rachmat mencontohkan.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita