GELORA.CO - Salah seorang mantan loyalis Al Zaytun dan Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan berani membongkar cara yang digunakan untuk mencuci otak jemaah di dalam ponpes yang dipimpin Panji Gumilang.
Nama Panji Gumilang saat ini sedang mendapat sorotan tajam dari publik karena berbagai kontroversi yang dibuatnya.
Mulai dari perkara shalat Idul Fitri kontroversial yang diadakan di Ponpes Al Zaytun milik Panji Gumilang hingga dirinya yang diduga berhubungan dengan NII.
Seiring berjalannya waktu, berbagai sosok mantan pendukung Panji Gumilang bermunculan ke permukaan membongkar apa yang sebenarnya terjadi di Ponpes Al Zaytun.
Seperti dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Herri Pras, berikut pengungkapan Ken Setiawan soal cara yang digunakan di Ponpes Al Zaytun yang dipimpin oleh Panji Gumilang untuk membangun doktrin terhadap jemaahnya.
Ken Setiawan sendiri mengaku menyesal karena awalnya sempat tergabung dalam Negara Islam Indonesia (NII) dan menyesatkan orang-orang.
Oleh karenanya, Ken Setiawan bertekad bersama mantan anggota NII untuk memberantas paham yang melenceng tersebut sehingga tak banyak yang terjerumus pada kesesatan yang pernah dirinya lalui.
"Saya melihat ini bukan kejahatan biasa, masalah NII yang berpusat di Al Zaytun ini tragedi kemanusiaan," ungkap Ken Setiawan.
"Anak muda dihancurkan ekonominya, dihancurkan akidahnya, dihancurkan masa depannya, ini paket komplit," lanjutnya.
Ternyata ada doktrin yang ditanamkan sejak pertama kali orang baru datang ke dalam lingkungan Al Zaytun.
"Mereka punya doktrin, biasanya ketika orang baru itu dibawa ke satu tempat di taman, di foodcourt, diajak ke rumah nanti ada whiteboard, digambar akar, pohon, buah,"
Maksud dari gambar itu adalah sebagai wujud jalan manusia untuk mencapai surga.
Mulai dari akar, pohon, hingga buahnya harus dalam keadaan yang baik agar surga dapat diraih.
Dari pemahaman tersebut kemudian diarahkan bahwa orang Islam harus tinggal di negara Islam dengan hukum Islam.
Ken Setiawan menyatakan bahwa ada trik khusus agar para korban ini berhasil dicuci otaknya.
"Satu korban biasanya 5 perekrut," ungkap Ken Setiawan.
Selanjutnya dibuatlah sebuah skenario untuk membuat korban mengikuti pemahaman yang ada di Al Zaytun.
Ken Setiawan menggambarkannya dalam sebuah analogi sederhana.
Misalnya dalam sebuah pasar, ada yang menjual kucing anggora.
Lalu ada 5 orang yang ingin beli tapi tak punya uang yang cukup sehingga menyebut bahwa kucing itu adalah anjing yang harganya murah.
Maka si penjual yang semula yakin itu kucing akan mulai goyah keyakinannya karena 5 orang lainnya mengatakan itu adalah anjing.
"Inilah hoaks yang diulang terus menerus akan tersugesti menjadi sebuah kebenaran," ujar Ken Setiawan.
Dengan cara itulah yang membuat korban menjadi mudah untuk dicuci otaknya menurut Ken Setiawan terjadi di Ponpes Al Zaytun milik Panji Gumilang.
Sumber: tvone