GELORA.CO -Loyalis Anies Baswedan, Geisz Chalifah, merespons pembacaan puisi oleh budayawan Butet Kartaredjasa dalam Puncak Peringatan Bulan Bung Karno yang diadakan PDI Perjuangan (PDIP) pada Sabtu (24/6) lalu.
Puisi yang dibacakan Butet lantas menjadi kontroversi karena dinilai menyindir bacapres 2024, lawan Ganjar Pranowo, yakni Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Pernyataan itulah yang kemudian dikritik Geisz Chalifah.
"Anies tak pernah memberi panggung pada siapapun untuk menyerang PRIBADI siapapun dalam acara apapun. Berbeda dengan Giring yang berpidato di depan Presiden. Berbeda dengan Butet yang berpidato di acara partai. Mereka menebar fitnah," cuitnya lewat akun Twitternya, dikutip Selasa (27/6/2023).
Pernyataan tersebut rupanya mendapat dukungan dari warganet yang ikut memberi kritikan kepada Butet dan juga PDIP.
"Acara yg digelar PDIP sungguh memalukan, memberi panggung Butet dengan puisi menebar kebencian," komentar @nawat***.
"Kalau mereka memahami adab itu mendahului ilmu, tentu hal tersebut tak akan terucap apalagi didengar luas oleh publik, tanpa mereka sadari, dia permalukan diri sendiri," balas @ballambin***.
Sedangkan @joel*** menulis, "'Demokrasi Brutal' Sudah terang2an menyerang Pribadi Lawan Politik, mereka sudah brutal.... Harus juga diwaspadai akan menjadi 'Demokrasi Brutal Ekstrem' Ketika Lawan Politik Ditangkap dan dimasukkan penjara secara terang terangan tanpa peradilan. Insha Allah tidak terjadi."
Puisi Butet yang dinilai menyindir Anies adalah saat menyebut orang pandir karena mengatakan banjir dengan sebutan air yang parkir.
Selain itu, ada pada bagian orang yang dijegal.
Begini isu puisi Butet:
Di sini semangat meneruskan
Di sana maunya perubahan
Itulah sebuah persaingan
Di sini menyebutnya banjir
Di sana menyebutnya air yang parkir
Begitulah kalau otaknya pandir
Pepes ikan dengan sambal terong, semakin nikmat tambah daging empal
Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh kok koar-koar mau dijegal.
Sumber: suara