Omongan Soal Sumber Dana Lembaga Survei Pertama Disorot, Rocky Beri Klarifikasi

Omongan Soal Sumber Dana Lembaga Survei Pertama Disorot, Rocky Beri Klarifikasi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan klarifikasi soal pernyataannya yang menyebut bahwa lembaga survei pertama dibiayai oleh World Bank.

Sebelumnya beredar video berisi pernyataan Rocky bahwa pada awalnya hanya ada satu lembaga survei yaitu Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dibiayai oleh World Bank. Video tersebut salah satunya diunggah oleh akun Politisi Partai Demokrat Soeyoto (@soeyoto1).

“Nggak ada yang bayar di situ karena ini uang dunia uang world bank. Dari lembaga itu berternaklah di situ tokoh-tokoh yang ada sekarang,” ujar Rocky dalam video tersebut.


Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebut informasi Rocky salah lantaran LSI dibiayai oleh JICA pada awalnya, bukan World Bank.

“Mas @arsul_sani, belum apa-apa Rocky Gerung sudah salah. Yg biayai @LSI_Lembaga bukan World Bank, tapi JICA,” ujar Burhanuddin melalui akun Twitter @BurhanMuhtadi pada Rabu (7/6/2023).

Menanggapi hal tersebut, Rocky mengklarifikasi bahwa semua lembaga internasional berupaya melakukan back-up terhadap perpolitikan Indonesia, terlepas dari lembaga itu adalah World Bank, JICA, dan sebagainya.


“Kita tahu setelah reformasi semua lembaga internasional berupaya untuk mem-backup sistem politik Indonesia supaya  mulai tradisi yang basisnya adalah data. Basisnya adalah opini publik, bukan pengendalian opini publik,” ujar Rocky, dikutip Suara Liberte dari kanal YouTube pribadi pada Jumat (9/6/2023).


Mantan akademisi Universitas Indonesia ini kemudian menyebutkan dua poin klarifikasinya. Poin pertama yaitu sumber pembiayaan lembaga survei yang berasal dari dana publik dunia.

“Poin saya adalah itu semua lembaga yang dibiayai oleh dana dari dana publik luar negeri. Itu yang musti diketahui,” ujarnya.



Selain itu, Rocky juga menyoroti otentisitas hasil riset lembaga survei lantaran publik tidak leluasa mengakses data tersebut.

“Poin saya adalah authenticity dari hasil riset itu. kemampuan kita untuk mengakses data itu kan terbatas karena kita nggak bisa lakukan penelitian sejenis,” ujarnya.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita