Nestapa 'Panglima Perang Betawi' yang Mampu Taklukkan Hercules, Kini Terkulai Lemah Sakit

Nestapa 'Panglima Perang Betawi' yang Mampu Taklukkan Hercules, Kini Terkulai Lemah Sakit

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Legenda betawi yang santer dengan sebutan 'Panglima Perang' di Tanah Abang, M. Yusuf Muhi atau yang karib disapa Bang Ucu (76) rupanya kini sudah tak segagah dulu.

Diceritakan oleh anak sulung Bang Ucu, Chato Badra Mandrawata alias Bang Chatu (48), ayahnya itu sudah tiga tahun jatuh sakit lantaran paru-parunya mengalami gangguan. 

Sehingga kini, sang jawara silat tiada tanding itu terkulai lemah di tempat tidurnya sebab membutuhkan perawatan intensif.

Kendati begitu, Chatu mengungkap jika selama ayahnya sakit, tidak ada budayawan, pemerintah, ataupun masyarakat yang datang untuk menjenguknya.

Padahal saat masa kejayaannya dahulu, lanjut Chatu, masyarakat dari berbagai golongan hingga pemerintah ramai datang untuk meminta bantuan dari ayahandanya itu.

"Enggak ada (yang datang). Bapak kan sebagai orang yang melindungi masyarakat, tokoh sesepuh di mana-mana dia mau Jakarta aman, semua suku diterima dan juga beliau tanpa pamrih lah menolong masyarakat," kata Chatu saat ditemui Wartakotalive.com di rumahnya, Jalan Kebon Pala III, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (12/6/2023).

M. Yusuf Muhi atau yang karib disapa Bang Ucu bersama Chato Badra Mandrawata alias Bang Chatu (48) 

Oleh karenanya, Chatu berharap bahwa pemerintah bisa memerhatikan nasib sang legenda betawi yang kini telah ringkih itu.

Apalagi, lanjut Chatu, sang ayah menjadi salah satu saksi hidup sejarah Tanah Abang dari sejak tingginya angka kriminalitas hingga kini aman dan nyaman.

"Harapannya pemerintah tolong perhatiin seorang yang sudah berjasa di Tanah Abang, membuat Tanah Abang aman, lancar," jelas Chatu.

"Semuanya pemerintah dan masyarakat, tolong ingatlah jasa-jasa beliau," imbuhnya.

Chatu berharap, jasa sang ayah yang pernah mendamaikan Tanah Abang hingga membuat aksi premanisme tunduk kepadanya, bisa diketahui pula oleh para generasi muda.

"Ya perhatiannya aja buat masyarakat generasi mudanya terutama sejarah itu penting untuk dipelajari," jelas Chatu.

"Kalau udah enggak ada babeh akan terjadi saling menjatuhkan ingin naik (berebut kekuasaan Tanah Abang)," lanjutnya. 

Sementara itu, saat dihampiri Wartakotalive.com di rumahnya, Senin (12/6/2023), nampak Bang Ucu hanya tertidur lelap di kasurnya.

Ia hanya mengenakan celana popok putih di badannya yang kini terlihat kurus. 

Putra Bang Ucu, Chato Badra Mandrawata alias Bang Chatu (48) 

Kendati begitu, Bang Ucu masih kerap menanggapi orang-orang yang datang kepadanya untuk meminta saran atau sekadar bersilaturahmi.

Pasalnya, dirinya masih menjadi pemimpin di wilayah Tanah Abang hingga hari ini. 

Untuk informasi, Bang Ucu merupakan legenda betawi yang masyhur di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Dirinya tersohor lantaran kemampuan bela dirinya yang tiada tanding.

Bahkan ia menjadi satu-satunya oang yang bisa mendepak mundur aksi premanisme Rosario de Marshall alias Hercules era 1990-an.

Tak hanya itu, Bang Ucu merupakan sosok yang juga berhasil membubarkan kerusuhan 1998 di kawasan Bundaran HI.

Bang Ucu, Tokoh Betawi Musuh Bebuyutan Hercules di Tanah Abang, Pernah Duel Satu Lawan Sekampung

Chato Badra Mandrawata alias Bang Chatu (48) yang merupakan putra sulung M. Yusuf Muhi alias Bang Ucu, menceritakan bagaimana 'gagahnya' sang ayah kala menjadi panglima perang betawi. 

Bang Ucu sendiri diketahui menjadi orang yang bisa mendepak mundur aksi premanisme Rosario de Marshall alias Hercules di kawasan Tanah Abang.

Namun, sesudahnya mereka berkawan baik

Dia juga merupakan legenda betawi yang masyhur di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Chatu bercerita, dirinya menjadi saksi hidup kala sang ayah meluluhlantahkan lawan-lawannya yang bukan hanya satu dua orang, melainkan dalam satu kelompok besar.

"Dia sendiri, enggak ada pasukan-pasukan," ungkap Chatu saat ditemui Wartakotalive.com di rumahnya, Jalan Kebon Pala III, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (12/6/2023). 

Menurutnya, sang ayah selalu bergerak kala ada masyarakat yang menyampaikan keresahannya atau temannya yang membutuhkan pertolongan. 

"Jadi beliau (Bang Ucu) apapun keluhan masyarakat langsung direspon. Kalau ada tawuran antar suku beliau turun langsung ke lapangan," kata Chatu.

Biasanya, Bang Ucu akan turun ke lapangan sendiri dengan hanya bermodalkan golok yang tergantung di samping celananya.

Tak jarang juga, jawara silat betawi itu turun lapang dan membantai lawannya menggunakan tangan kosong.

Namun, kata Chatu, tak pernah satu kali pun Bang Ucu kalah telak dengan lawannya. Sebaliknya, lawan Bang Ucu yang justru kocar-kacir dan minta maaf karena telah mencoba melawannya.

Seperti saat perang suku antara Betawi Madura dan Banten Makassar di daerah Kebayoran Lama.

Atau, kala Bang Ucu melawan kepungan Pemuda Pancasila di Monas 2008 silam.

"Pada saat itu ada Amien Rais, kerusuhan antara suku Madura dan Betawi, waktu senjata tajam udah keluar semua, segera Bang Ucu selesaikan, saya saksinya," ujar Chatu.

"Jarang saya lihat orang yang merasa jagoan tapi enggak sesuai perilakunya. Tapi kalau babeh langsung dibegitukan (diberitahu ada perang) langsung turun tanpa memperhitungkan nyawanya, tanpa memperhitungkan berapa banyaknya (lawan) enggak," lanjutnya.

Kendati begitu, hingga usianya kini 76 tahun, Bang Ucu tak pernah mendapatkan luka-luka di sekujur tubuhnya.

Meskipun saat berperang, kata Chatu, dirinya selalu sendirian melawan kelompok dalam jumlah besar.

"Enggak pernah (luka-luka). Waktu dikepung sama Pemuda Pancasila waktu itu Bung Japto dulu sampai dikepung 40 Jeep di Monas 2008 apa tahun berapa gitu kejadian," kata Chatu.

"Dengan sadar, (Japto) minta maaf, jadinya sekarang kawan," lanjutnya. 

Selain itu, lanjut Chatu, sang ayah juga pernah dibawa ke meja persidangan lantaran dianggap membunuh orang.

Padahal kala itu, Bang Ucu tengah tak membawa senjata apapun. 

Sehingga menurutnya, justru korban yang terbunuh itulah yang membunuh dirinya sendiri.

"Contoh waktu itu aparat tahun 80-an, aparat (mau) menusuk tiba-tiba dibalikin ke sendiri (senjatanya). Jadi menang di pengadilan bapak, kan bapak enggak bawa apa-apa," ungkap Chatu.

"Kan beliau (aparat) yang mau membunuhnya, bapak membela diri lah. Ketuk palu langsung hakim vonis bapak enggak bersalah," imbuhnya.

Chatu berujar, sering menangnya Bang Ucu kala bertarung dengan siapapun membuat namanya kini tersohor.

Bukan hanya di wilayah Tanah Abang, tetapi juga sebagai legenda betawi. 

"Enggak pernah satu lawan satu. Kalau berantem, satu lawan se kampung," ungkap Chatu.

"Kadang-kadang pulang bawa senjata tajam ke rumah, sekarung dua karung bekas dikumpulin dari hasil itu (perang), karena mereka kabur," lanjutnya.

Bahkan ayahnya itu pernah dijuluki sebagai 'Orang gila' sebab caranya membantai habis musuh itu benar-benar tiada tanding. 

Bagaimana tidak, ia merupakan sosok yang berhasil mengusir kerusuhan 1998 di kawasan Bundaran HI. 

"Beliau kan selalu berprinsip TNI Polri dan rakyat selalu bersatu, selalu membantu. Apapun TNI Polri yang dibutuhkan beliau langsung bantu, contohnya kerusuhan 98 beliau yang ngusir pendemo-pendemo di HI yang jutaan orang," jelas Chatu.

Terkini, sosok legenda betawi yang memiliki tiga istri dan 16 anak itu sudah mulai ringkih.

Diceritakan oleh Chatu, ayahnya itu jatuh sakit sejak tiga tahun yang lalu dan kini tengah mendapatkan perawatan.

Kendati begitu, Bang Chatu masih kerap menanggapi orang-orang yang datang kepadanya untuk meminta saran atau sekadar bersilaturahmi.

Pasalnya, dirinya masih menjadi pemimpin di wilayah Tanah Abang hingga hari ini. 

Sumber: wartakota
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita