Jusuf Hamka Sebut Pola Pikir Berbeda dengan Pribumi jadi Penyebab Kenapa Orang China Lebih Kaya

Jusuf Hamka Sebut Pola Pikir Berbeda dengan Pribumi jadi Penyebab Kenapa Orang China Lebih Kaya

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Jusuf Hamka, si raja tol ini mengutarakan pendapatnya saat ditanya oleh Denny Sumargo mengapa banyak orang China yang lebih kaya dibanding orang pribumi sendiri.

Jusuf Hamka yang memiliki nama asli Jauw A Loen merupakan pengusaha muslim Indonesia dan berasal dari keluarga Tionghoa.

Dia menjadi mualaf pada tahun 1981 dan diislamkan oleh Buya Hamka. Kiprah Jusuf Hamka di bidang jalan tol sebagai pemilik PT Citra Marga Nusaphala Persada sudah tak diragukan lagi.

Jusuf Hamka blak-blakan saat ditanya Denny Sumargo mengenai kenapa orang Chinese bisa lebih kaya dari pribumi.

“Orang Chinese non muslim ya termasuk itu biasanya kan lebih kaya gitu, sedangkan yang pribumi, maaf mereka nih tidak banyak (yang kaya), aku melihat kekurangannya dari sisi mana ya?” tanya Denny Sumargo dikutip Hops.ID dari akun TikTok @whishastore pada hari Minggu, 4 Juni 2023.

Jusuf Hamka menjawab beberapa poin yang menyebabkan orang china lebih kaya dibanding pribumi karena salah satunya kesalahan orde baru yang melarang Tionghoa ikut terlibat dalam dunia politik.

“Dulu sebenarnya ada kesalahan dari pemerintah di zaman orde baru, bahwa semua orang Tionghoa tidak boleh terlibat dalam politik,” ucap Jusuf Hamka dinukil Hops.ID dari akun TikTok @wishastore pada hari Minggu, 4 Juni 2023.

Orang wni keturunan menurutnya dilarang masuk polisi, tentara, dan pegawai negeri. Kalaupun ada sangat minor sekali.

Situasi ini membuat orang-orang Tionghoa tidak punya kesempatan sehingga akhirnya hanya menggeluti dunia bisnis.

Jusuf Hamka juga menyinggung adanya teori Alibaba dimana satu perusahaan yang secara legalitas milik pribumi tapi sebetulnya dibelakang layar milik orang Tionghoa.

“Perusahaan pribumi akan diberikan prioritas, sehingga banyaklah yang minta izin kehutanan, konsesi kayu pribumi, namanya Ahmad atau Ali, didepan dirutnya tapi yang punya si Baba, jadi Alibaba” kata Jusuf Hamka.

Kondisi ini yang diharapkan pemerintah menjadi transfer knowledge bisnis Tionghoa ke pribumi tidak berjalan, karena orang pribumi sudah cukup puas jika mendapat keuntungan sekian persen, sementara orang Chinese tidak pernah merasa puas.

“Kebanyakan temen-temen kita (pribumi) begitu dia merasa sudah achieve pada targetnya misalnya oh target gue kepengen punya rumah, gue kepengen punya mobil terus gue kepengen punya tabungan, udah dia stop mulai bermalas malasan,” jelas pria kelahiran 5 Desember 1957 ini.

Orang orang pribumi lupa bahwa kedepannya masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi misal biaya sekolah makin tinggi atau dana darurat yang diperlukan.

“Sedangkan si Tionghoa-tionghoa ini selalu diajarkan pola hidup hemat dan uber-uber cuan terus karena mempersiapkan diri kalo keadaan susah,” ucap Jusuf Hamka.

Pola pikir orang Tionghoa juga mengajarkan tidak boleh lebih miskin dari anaknya.

“Pola pikir yang berbeda, dia (pribumi) ingin menggantungkan hidupnya kepada anaknya kalau orang Tionghoa dia prinsipnya dia gak mau menggantungkan hidup dari anak,” jelas Jusuf Hamka dikutip Hops.ID dari akun TikTok @wishastore pada hari Minggu, 4 Juni 2023.***

Sumber: hops
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita