GELORA.CO - Berbagai hasil survei memperlihatkan terus merosotnya elektabilitas bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan. Elektabilitas bahkan tertinggal jauh dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat, Benny K Harman mengatakan kalau lembaga survei itu sengaja dibayar demi menjalankan skenario penguasa. Adapun ia menuding kalau penguasa hendak menjegal langkah Anies di Pilpres 2024.
"Survei pun dibayar untuk membenarkan skenario penguasa, skenario untuk mengalahkan Anies dengan berbagai cara," kata Benny melalui akun Twitter resminya, Selasa (6/6/2023).
Bukan hanya hasil survei, namun Benny juga menuding kalau penguasa melakukan hal serupa melalui pengamat serta sejumlah intelektual agar menjalankan skenario yang dapat menjatuhkan nama Anies.
"Pengamat dan intelektual juga diberi upah agar memberi komentar yang sejalan dengan kehendak penguasa. Pengusaha dikasih proyek agar dari hasil proyek ada yang disisihkan untuk membayar mereka," terangnya.
Salah satu hasil survei yang memperlihatkan merosotnya elektabilitas Anies yakni dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
Dari hasil survei SMRC, Anies hanya mendapatkan elektabilitas sebesar 19,2 persen. Sementara lawannya yakni Ganjar mendapatkan elektabilitas 37,9 persen dan Prabowo sebesar 33,5 persen.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengungkapkan kalau dalam enam bulan terakhir, kesukaan pemilih kepada Anies cenderung makin lemah. Hal tersebut menjadi salah satu penjelas mengapa elektabilitas Anies cenderung melemah dalam periode ini.
“Sementara Ganjar dan Prabowo terus bersaing ketat dengan dukungan yang relatif seimbang,” terang Dani melalui keterangan tertulisnya, Senin (5/6/2023).
Sumber: suara