GELORA.CO -Pondok Pesantrean Al Zaytun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat kembali menggemparkan publik.
Berawal dari sejumlah kabar viral, mulai dari shaf salat hingga sang dedengkot yakni Panji Gumilang mencak-mencak memarahi petugas, kini muncul berbagai tudingan menjurus ponpes yang disebut terbesar di Asia Tenggara itu.
Ma’had Al Zaytun disebut dapat menjadi embrio kelompok teroris karena memiliki relasi yang kuat dengan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9).
Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Budi Novijanto mengatakan, dari penelitian dan pengakuan eks NII KW 9, ditemukan adanya hubungan Ponpes Al Zaytun dengan NII KW 9. Kata dia, bahwa figur Panji Gumilang sebagai pimpinan Al Zaytun juga adalah pimpinan NII KW 9.
Dia menjelaskan, dalam ajaran yang dipraktikkan NII KW 9, di antaranya adalah memobilisasi dana dengan mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan. Selain itu pada ajaran NII KW 9 ditemukan adanya penafsiran ayat-ayat Alquran yang menyimpang serta paham takfiri atau menghukumi kafir kelompok-kelompok di luar NII KW 9.
Menurut Budi, NII pernah dipimpin Abdullah Sungkar pada 1993 yang kemudian membentuk Jamaah Islamiyah (JI).
Belakangan JI justru membangun afiliasi internasional dengan organisasi militan yang memiliki tujuan global. Langkah JI tersebut menurut Budi sedikit berbeda dengan NII yang masih kukuh dengan tujuannya pada tingkat nasional.
"Di sini kita lihat bahwa pelaku teror berasal dari akar yang sama yaitu intoleransi. Kemudian juga NII pragmatis atau NII KW 9 itu tidak menggunakan cara teror yang melaksanakan aksinya seperti disebut tadi (tidak seperti JI).
Namun yang dilakukan Panji Gumilang adalah menyuburkan perekrutan calon-calon teroris dengan meletakan dasar-dasar militansi serta kebencian kepada NKRI,” kata Budi saat mengisi seminar dengan topik Dibalik Polemik Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu yang diselenggarakan oleh BEM UNUSIA yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Padasuka TV pada Senin (19/06/2023).
Karena itu, kata Budi, Ponpes Al Zaytun dapat menjadi embrio kelompok teror apabila tidak ditangani dengan tepat. Dia bahkan memprediksi bahwa Al Zaytun dapat menjadi embrio dari pada kelompok teror.
Meskipun pada pelaksanaannya Al Zaytun memiliki pola yang berbeda, tidak melakukan aksi perlawanan, tapi dia melakukan aksi menguasai wilayah.
"Makanya kalau kita lihat kenapa Al Zaytun luas wilayahnya, sampai di mana-mana, karena memang begitu polanya, dia tidak melakukan aksi seperti kelompok NII yang lain. Tapi dia akan mencoba menguasai wilayah-wilayah yang ada di Indonesia ini,” beber Budi.
Lebih lanjut Budi mengatakan, bahwa orang-orang yang bergabung di Al Zaytun dapat berpotensi bergabung atau direkrut oleh gerakan atau kelompok-kelompok teror. Karena itu menurutnya perlunya segera pengawasan dan penyadaran kepada orang-orang yang bergabung di Al Zaytun.
Menurut Budi, bila tidak adanya penyadaran dan pengawasan dikhawatirkan orang-orang tersebut akan membentuk kelompok baru dengan nama berbeda namun memiliki tujuan yang sama.
"Yang pasti akan merongrong kedaulatan NKRI. Karena jelas targetnya untuk membentuk negara Islam. Terus juga berpotensi menghancurkan masa depan kaum muda yang tergabung di pesantren Al Zaytun untuk menjadi anggota NII itu sendiri. Di mana mereka juga akan mengambil pemuda-pemuda lain yang kehilangan pekerjaan, yang terasing dari kehidupan sosialnya,” katanya menambahkan.
Sumber: suara