Oleh: Anwar Hudijono*
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin itu benar-benar sakti mandraguna. Betapa tidak. Sudah 16 bulan Rusia dikeroyok Amerika beserta puluhan sekutunya akibat perang melawan Ukraina, tapi tetap merteges layaknya kelereng hendak dikremus.
Dia tetap tegak kokoh laksana bukit karang diterjang gelombang. Semua sanksi Barat tak mempan, malah berbalik seperti bola dilempar ke tembok beton.
Semua itu ternyata ada rahasianya. Mau tahu?
Putin mewarisi salah satu dari lima (panca) azimat (jimat) Bung Karno. Azimat keris? Bukan. Tongkat komando? Bukan juga. Tetapi azimat Trisakti: Berdaulat secara politik, berdikari (mandiri) secara ekonomi, dan berkepribadian secara sosial budaya.
Putin mewarisi azimat itu dari membaca banyak literatur tentang Bung Karno. Dia banyak belajar tentang Bung Karno. Banyak mengambil inspirasi dari Bung Karno. Saking kagumnya sampai-sampai, insya Allah, dia mau mendirikan patung Bung Karno di jantung Kota Moskow.
Putin paham betul konsep Vivere Pericoloso Bung Karno (rakyat Indonesia sendiri mungkin tidak paham). Artinya, hidup di lingkungan bahaya. Dalam bahasa pewayangan disebut kinepung wakul binaya mangap, seperti terwelu (kelinci) di kolong mulut buaya.
Saat itu Indonesia dikepung Inggris dan sekutunya, seperti Australia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Kini Rusia berada di mulut serigala. Amerika dan Nato adalah serigala berwajah manusia.
Cepat atau lambat, Barat pasti akan memangsanya. Itu sudah jadi tabiat serigala. Mana mau membiarkan rusa hidup tenang di habitatnya. Kalau kelihatan baik-baik saja, itu cuma sandiwara serigala berbulu dombret .. eh domba.
Maka, tatkala mulai memimpin Rusia, dia bangun ekonomi nasional agar mandiri. Fokus dulu pada yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Seperti pertanian pangan berserta hilir dan hulunya, mulai fabrikasi pupuk, sampai pengolahan bahan pangan. Sehingga ketahanan pangannya kokoh. Sampai-sampai bisa untuk ekspor ke seluruh dunia.
Dia perkuat energi, sehingga kini menjadi termasuk negara pengekspor energi gas dan minyak bumi terbesar di dunia. Energi air bersih sudah melimpah.
Demokrasi sendiri
Berdaulat secara politik, Putin membangun sistem politik Rusia yang berbasis sistem sosialnya sendiri. Dia singkirkan model demokrasi Barat. Biarpun Barat nyinyir dan mengkritik habis-habisan, menuduhnya menjadi diktator, tapi Putin tidak ngreken alias tidak menggubris. Tentunya kita ingat dawuh Bung Karno, bahwa kita akan membangun demokrasi ala Indonesia. Demokrasi sendiri.
Berkepribadian secara sosial budaya, sikap Putih seperti Bung Karno, yang mengajak bangsa Indonesia memiliki kepribadian berakar pada kebudayaan sendiri yang adiluhung (luhur). Bukan kebudayaan yang bersumber dari bangsa lain. Mengadopsi dan bangga dengan budaya asing, membuang dan merasa malu dengan budaya sendiri.
Putin mengembalikan bangsa Rusia kepada akar budayanya yaitu Kristen Ortodoks Timur yang pada zaman Uni Soviet nyaris tergilas habis. Dia singkirkan komunisme. Karena pada dasarnya komunisme bukan berakar pada masyarakat Rusia. Melainkan ideologi yang diimpor dari Inggris yang dikembangkan imigran Yahudi Ashkenazi seperti Lenin, Trotsky, Stalin.
Dia rangkul kembali pelbagai kelompok masyarakat Rusia dengan subkulturnya untuk bersama-sama menjadi satu kesatuan, setelah dipecah-pecah oleh komunisme Uni Soviet. Maka jangan heran, kini Islam tumbuh pesat di negara itu setelah luluh lantak di masa Uni Soviet. Intinya Rusia hidup dalam bhinneka tunggal ika.
Tindakan Putin itu seperti Bung Karno tentang Persatuan Indonesia. Bung Karno sangat mafhum politik devide et impera imperialisme Barat. Politik memecah belah. Kalau bangsa sudah terpecah belah, sangat mudah bagi mereka mencaplok Indonesia.
Imperialis itu persis seperti serigala. Kalau mau memangsa sekawanan rusa, diteror dulu, agar mereka lari bercerai berai. Dengan begitu mudah untuk menerkamnya satu per satu.
Putin bersikap bahwa Amerika adalah neo imperialis (penjajah baru). Sikap itu ada benang merahnya dengan pandangan BungKarno, bahwa secara formal, imperialisme sudah tamat. Tapi secara substansial masih terus berlangsung dengan panglimanya Inggris dan Amerika.Maka Bung Karno tanpa tedeng aling-aling menggelorakan jargon: Inggris dilinggis Amerika disetrika.
Tindakan Putin menyerang Ukraina itu sejalan dengan tindakan Bung Karno melakukan konfrontasi dengan Malaysia di pertengahan dekade 1960. Ukraina sekarang sama dengan Malaysia waktu itu, menjadi proksi imperialis. Proksi untuk menjadi alat menindas bangsa lain, merampok kekayaan alamnya, menguasai dunia.
Bung Karno kini bangkit kembali dalam sosok Putin. Bangkit dengan tetap pada jiwanya, yaitu antinekolim (neo kolonialisme imperialisme). Meneruskan cita-cita Bung Karno menghapuskan penjajahan di atas dunia karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Putin ingin membentuk tata dunia baru yang berkeadilan, setiap bangsa menghargai bangsa lain. Tidak boleh ada penindasan. Baginya, Amerika dan sekutunya adalah penindas terbesar di dunia.
Ambyar
Tatanan dunia baru yang digagas Putin ini senafas dan sejiwa dengan gagasan Bung Karno tentang The New Emerging Forces, kekuatan baru dunia yang menyebarkan rahmat Allah Yang Maha Kuasa, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia.
Kita harus yakinlah itu akan terjadi. Allah sudah dawuh di Quran surah Ali Imran ayat 140 bahwa Allah memberlakukan masa kejayaan dan masa kekalahan di antara manusia itu secara bergiliran.
Ditegaskan pula di Quran surah Al Qashas ayat 5: “Dan Kami akan memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu, dan hendak menjadikan mereka memimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi bumi.” Dan Indonesia telah memenuhi syarat untuk semua itu. Di antaranya dijajah selama 350 tahun. Ini rentang waktu gak main-main.
Insya Allah tidak lama lagi kita akan menyaksikan pecahnya revolusi dunia. Tatanan dunia lama ambyar, muncullah tatanan baru seperti yang dicita-citakan Bung Karno.
Tanda-tandanya sudah sangat banyak. Dedolarisasi semakin masif, yang nantinya berujung pada ambruknya ekonomi Amerika. Kini sudah jadi negara pengutang terbesar di jagat abuh eh.. raya. Barat kelimpungan krisis energi. Resesi bahkan terus membayangi.
Kekuatan militer Amerika bukan lagi tak tertandingi. Bahkan melawan santri-santri Taliban yang bersandal jepit di Afghanistan saja harus lari terbirit-birit seperti tikus kepergok kucing. “Imperium Amerika sudah di ambang kehancuran,” kata Chris Hedges, wartawan senior AS peraih Pulitzer Prize, penghargaan tertinggi jurnalisme media cetak.
Kapan terjadinya? Kita tunggu saja sambil ngupi-ngupi...
Allahu a’lam bis-shawab
*) Wartawan senior tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur.