Ajaran 'Nyeleneh' Panji Gumilang Pemimpin Ponpes Al Zaytun soal Ibadah Haji, Tak Perlu Jauh-jauh ke Mekkah, Cukup di...

Ajaran 'Nyeleneh' Panji Gumilang Pemimpin Ponpes Al Zaytun soal Ibadah Haji, Tak Perlu Jauh-jauh ke Mekkah, Cukup di...

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Panji Gumilang dan Ponpes Al Zaytun menjadi dua nama yang paling diperbincangkan belakangan ini. Pasalnya, banyak aturan aneh dan kontroversial yang diajarkan kepada santri di pondok pesantren. 

Tak hanya kontroversi seputar salam Yahudi dan pengubahan kalimat syahadat, mantan pengurus Ponpes Al Zaytun juga mengungkapkan bahwa Panji Gumilang mengajarkan melaksanakan ibadah Haji tak perlu jauh-jauh ke Mekkah. 

Dilansir dari Program Catatan Demokrasi TvOne pada Kamis (22/6/2023), sosok mantan orang dalam Ponpes Al Zaytun bernama Ken Setiawan membeberkan bahwa rukun Islam juga diubah. “Ajaran sesatnya dia telah mengubah rukun Islam, syahadat yang diajarkan di gerakan teritorial. 

Ajarannya di dalam bahwa syahadat itu bukan tiada Tuhan selain Allah, tapi tiada negara kecuali negara Islam,” tutur Ken. “Barang siapa bernegara selain negara Islam, maka dia kafir.” 

 Tak hanya itu, Pemimpin Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang mengajarkan bahwa masih ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW. “Kami meyakini dulu Panji Gumilang, kami ada nabi baru setelah Nabi Muhammad SAW,” lanjutnya.

 Dedengkot Ponpes Al Zaytun juga memberikan ajaran bahwa melaksanakan ibadah Haji tak perlu pergi jauh ke Mekkah. Para santri diajarkan untuk beribadah Haji dengan mengunjungi ponpes pada 1 Muharram. “Yang terakhir ibadah hajinya.

 Ibadah haji menurut NII gak perlu ke Mekkah. Ibadah haji cukup datang ke Al Zaytun setiap satu tahun sekali pada 1 Muharram,” ungkap Ken Setiawan, mantan pengurus ponpes. 

Pada tanggal tersebut, semua Korwil Ponpes Al Zaytun datang sehingga suasana dipastikan ramai. Mereka dan para santri melakukan ritual haji.

 “Tanggal 1 Muharram diartikan sebagai perkumpulan para pejabat dan itu seluruh Korwil. Dulu bahasa kita itu Korwil, dan itu datang melakukan ritual Haji juga di sana. Jadi kalau 1 Muharram datang ke Al Zaytun pasti ramai,” jelas Ken. 

Ritual Haji di Ponpes Al Zaytun bukan mengelilingi Ka’bah, melainkan mengeliling pesantren. “Di dalam itu sekitar 250 ribu jamaah hadir semua, masing-masing Korwil juga melakukan ritual ibadah Haji.  Keliling tawaf misalnya, kita bukan keliling Ka’bah tapi keliling pesantren yang luasnya 1.200 hektar,” lanjutnya. 

“Kita bertakbir Allahu Akbar bahwa inilah Islam ini besar, mewah, megah, lengkap fasilitasnya.” “Jadi tawaf itu mengakbarkan Al Zaytun dengan segala kelengkapan fasilitasnya. Saya rasa semua orang yang ke sana mengucap Subhanallah, besar sekali, luas sekali,” kata mantan orang dalam Ponpes Al Zaytun. 

Dibawah naungan Panji Gumilang, para santri ponpes juga diajarkan cara melempar jumrah yang berbeda dengan ibadah Haji sebenarnya di Mekkah. 

“Ada juga istilah melempar jumrah kalau di Mekkah kan menggunakan kerikil. Di Al Zaytun kita sedang membangun gedung, kalau batu kerikil gak kelar-kelar,” ujar Ken. Bedanya, jika di Mekkah umumnya melempar jumrah adalah melempar dengan kerikil. 

Di Ponpes Al Zaytun para jamaah diminta untuk melempar “semen” dalam bentuk uang. “Jadi setiap orang yang datang ke sana dari rombongan wilayah mana nanti di akhir session sambutan Syekh Panji Gumilang katanya, ini ada ritual melempar jumrah, misalnya dari Jakarta ada Rp1 miliar. 

Ini melempar jumrah tidak pakai kerikil tapi dulu minimal dengan tujuh sack semen, dalam bentuk duit,” pungkas Ken Setiawan. Menurut mantan pengurus Ponpes Al Zaytun, Ken Setiawan, hal yang diajarkan Panji Gumilang adalah bentuk penodaan agama. 

“Kalau dalam segi penodaan agama ini sudah masuk. Apalagi kemaren frontal. Ada mahzab Bung Karno, ada salatnya pakai macam-macam,” tandasnya.

Sumber: tvOne
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita