GELORA.CO - Mantan narapidana korupsi jual beli jabatan di Kementerian Agama Romahurmuziy, atau Romy berpendapat bahwa pemimpin ahli maksiat pun berhak untuk ditaati. Bahkan ia menyebut bahwa tingkat kesalehan figur jangan dijadikan patokan untuk memilih pemimpin.
Hal ini dikatakan Romy menyikapi persepsi publik yang kerap memojokkan calon presiden usungan PDIP Ganjar Pranowo yang suka menonton film p*rno.
"Dalam Al Ahkamu Shulthoniyah kitab yang menjadi salah satu rujukan untuk tata negara dalam hukum Islam sekalipun, seorang pemimpin yang ahli maksiat masih memiliki hak untuk ditaati, sepanjang dia tidak melarang kebebasan beragama," kata Romy.
“Jadi jangan menyoal wah ini suka lihat film bokep… ini bukan ukuran (dalam memilih pemimpin)," dalihnya.
Pernyataan itu pun ditanggapi oleh Mujahid 212 Damai Hari Lubis, ia menyebut mantan napi koruptor itu belum tobat.
"Ternyata Romy belum tobat. Pola berpikir dari mantan koruptor jika tidak seksama akan melahirkan retorika sesat, yang benar adalah; "calon pemimpin sesat jangan dipilih atau calon pemimpin sesat jangan diberi peluang untuk memimpin sebuah bangsa", jelas Damai kepada redaksi gelora.co, Rabu (10/5/2023).
Menurut Damai, jikalau seorang pemimpin sesat saat mengemban tugasnya maka berdasar sistim hukum yang berlaku, rakyat halal meminta pemimpin turun atau diturunkan.
"Jelasnya pola pikir Rommy masih sakit", pungkasnya. (*)