Oleh: Andre Vincet Wenas*
APA artinya sister-party antara PSI dengan Golkar? Mesra banget, apa sih maksudnya?
Lalu, ada apa PSI dengan PDIP? bukankah keduanya parpol nasionalis, tapi kok kelihatannya seperti bermusuhan, kenapa ya? Atau ada apa sih sebetulnya? Kapan nih baikannya?
Dua pertanyaan ini yang sekarang jadi pergunjingan publik.
Mengenai "hubungan" PSI dengan Golkar jelas bukan hubungan gelap, tapi terang-terangan, dari tahun lalu. Bahkan bukan saja dengan Golkar, tapi dengan "Koalisi Indonesia Bersatu" (Golkar, PAN dan PPP).
Pertemuan pertama pada Selasa, 23 Agustus 2022 di kawasan Slipi (markas Golkar). Kegiatan itu diliput berbagai media dan tersebar luas.
PSI yang waktu itu memposisikan diri sebagai junior ingin menjalin kerjasama dengan KIB (yang lebih senior) untuk bersama-sama berkomitmen: 1) menghindari politik identitas dalam pemilu, 2) melanjutkan program yang sudah dimulai oleh Presiden Jokowi, dan 3) sesuai dengan plaform KIB yang inklusif maka visi dan misinya kedepan adalah untuk membawa Indonesia maju dan sejahtera.
Apakah kerjasama seperti itu jelek? tidak bukan. PSI bersama dengan KIB (Golkar, PAN dan PPP) justru mendukung ketiga hal itu.
Pertemuan PSI dengan PAN dilakukan di markas PAN di kawasan Pejaten pada Kamis, 13 Oktober 2022. Pertemuan PSI dengan PPP belum sempat terealisasi. Kendala waktu dan kesibukan masing-masing.
Apakah hanya dengan KIB? Tidak rupanya, PSI membuka diri untuk bekerjasama dengan parpol yang mau menghindari diri dari politik identitas, mau melanjutkan kerja-kerja baik Pak Jokowi, dan mau membawa Indonesia maju dan sejahtera.
Pertemuan lanjutan antara PSI dan Golkar pada Rabu, 12 April 2023, delapan bulan sejak pertemuan yang pertama. Saat ini ada wacana soal bergabungnya KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) dengan KKIR (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya). Seperti kita ketahui bersama isinya adalah Golkar, PAN, PPP, Gerindra dan PKB. Diskusi soal "Koalisi Besar" ini masih berlangsung.
Sister-party ini adalah istilah untuk kerjasama PSI-Golkar di bidang perekrutan calon anggota legislatif. Dimana keduanya bisa saling bertukar informasi. Baik di tingkat nasional untuk bakal calon anggota DPR-RI. tingkat provinsi, maupun di berbagai kabupaten/kota untuk bakal calon anggota DPRD.
Jadi tidak ada kaitannya dengan Orba dan sebagainya itu. Jangan-jangan itu hanya kreasi bohong ciptaan para haters.
Dan kerjasama ini tidak bicara soal copras-capres segala. PSI justru dari awal masih setia pada hasil "Rembuk Rakyat" yang diumumkannya sendiri sejak tahun lalu.
Dan nampaknya PSI percaya bahwa posisi calon Presiden itu harus mendapat dukungan seluruh elemen masyarakat, bukan secara eksklusif milik satu golongan saja.
Lalu bagaimana soal PSI dengan PDIP yang hubungan keduanya nampak "sour"?
Sejak awal tahun lalu (2022), persisnya mulai di bulan Februari 2022, PSI menyelenggarakan "Rembuk Rakyat: Mencari Penerus Jokowi". Dari judul jajak-pendapatnya sudah jelas "Mencari Penerus Jokowi" bukan mencari anti-thesanya. Tahap awal dijaring 9 nama kandidat: Ganjar Pranowo, Erick Thohir, Mahfud MD, Ridwan Kami, Andika Perkasa, Najwa Shihab, Emil Dardak, Tito Karnavian dan Sri Mulyani Indrawati.
Sekali lagi sekali sejak Februari 2022 tahun lalu. Jajak pendapat secara online ini bersifat terbuka, berlangsung selama kurang lebih 8 bulan. Selama jajak-pendapat online ini berjalan 8 bulan, tidak ada yang ribut, tidak ada yang protes. Karena semua prosesnya berjalan terbuka alias transparan.
Pada 3 Oktober 2022, PSI mengumumkan hasil jajak pendapat "Rembuk Rakyat: Mencari Penerus Jokowi". Rupanya yang dianggap mampu jadi "Penerus Jokowi" oleh Rembuk Rakyat itu adalah: Ganjar Pranowo, dengan skor 49,96%, diikuti Erick Thohir 19,96% dan Mahfud MD 6,04%. Itu semua adalah "suara rakyat", bukan pilihan para elite PSI.
Sejak itu PSI terkesan tidak disukai oleh PDIP. Selidik punya selidik, rupanya pada saat itu PDIP sedang gencar-gencarnya mempromosikan kandidat lain. Sebut saja Puan Maharani, bukan Ganjar Pranowo.
Singkat cerita, PDIP tidak berhasil mendongkrak elektabilitas Puan Maharani. Sehingga pada 21 April 2023, PDIP resmi mengusung Ganjar Pranowo juga, yang memang kadernya sendiri.
Tapi kadernya sendiri itu sudah lebih dulu diumumkan oleh PSI sebagai "Penerus Jokowi" hasil dari "Rembuk Rakyat" enam bulan yang lalu.
Jadi sejak tahun lalu "rakyat" sudah memilih sendiri kandidatnya. Memang prosesnya difasilitasi oleh PSI.
Apakah ini yang membuat sebagian elite PDIP (dan pengikutnya, yang kebanyakan tidak mengerti apa-apa) ngambek pada PSI. Padahal saat itu PSI sekedar mengumumkan "suara rakyat" yang disalurkan lewat "Rembuk Rakyat: Mencari Penerus Jokowi". []
*) Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta