GELORA.CO - Menko Polhukam Mahfud MD mengaku heran setiap jelang Pemilu, masalah primordialisme yang berbeda selalu menjadi masalah. Padahal, menurutnya, masuk Istana bisa lewat jalur mana saja karena partai bukanlah agama.
Primordialisme adalah pandangan yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertama.
Mahfud awalnya mengutip ucapan Nucholis Madjid yang membahas dalil soal perbedaan dan keberagaman. Meski berbeda-beda ajaran dan kepercayaan yang dianut, seharusnya seluruh umat beragama bisa bersatu dan bekerja sama dengan tetap berpegang pada keimanan masing-masing.
"Ada kalimat dan nilai perjuangan yang sama antara kamu dan saya yang berbeda-beda itu [dalam sebuah negara], tapi tetap berpegang pada keimanan [pada] Tuhan masing-masing. Setiap Tuhan itu pasti memberikan bimbingan yang baik bagi nurani manusia," ucap Mahfud di halalbihalal ICMI, Jumat (12/5).
Misalnya saja saat Pemilu tiba, Mahfud menyebut tidak ada Pemilu menurut agama tertentu. Meski agamanya berbeda-beda, Pemilu yang dijalankan tetap sama hukumnya.
"Melawan korupsi, agama apa saja sama. Kita kerja sama di situ. Enggak usah tanya agamanya. 'Kamu korupsi, kamu Islam, ya sudah saya bebaskan. Kamu kafir, saya hukum.' Kan ndak bisa begitu. Mau Islam, Hindu, Buddha, Jawa, Bugis, bersama melawan korupsi, melaksanakan pemilu yang baik, buat pemerintahan yang adil," tegasnya.
Karena itu, ia heran mengapa saat pemilu perbedaan primordialisme kerap diperdebatkan, bukan soal program-program yang dibawa. Padahal, kata Mahfud, sebagai anak bangsa, semua memiliki dukungan yang sama.
Bahkan, menurut Mahfud, setiap partai punya hak dan kesempatan yang sama untuk bisa masuk ke lingkaran istana.
"Jadi masuk dari pintu yang berbeda-beda. Saya katakan anda sekarang yang ada di DPR, dari PPP, dari PAN, dari Golkar, dari Demokrat, dari apa saja itu boleh [masuk Istana], karena partai bukan agama. Masuk dari pintu apa saja bisa," ungkap Mahfud.
"Sesudah berhasil masuk ke Istana, nanti seperti Pak JK, masuk ke Istana lalu panggil teman-teman yang enggak bisa masuk. Apa yang masuk? Tidak harus orangnya, bisa visinya. Inilah kenapa ICMI didirikan, kenapa HMI didirikan, kenapa NU, Muhammadiyah didirikan dan ketemu di sini," pungkasnya.
Sumber: kumparan