GELORA.CO, Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman dinilai sebagi pemimpin tegas dan memiliki kepedulian terhadap anak buahnya. Salah satu contoh teranyar adalah ketika Dudung marah dan meminta rekanan kembali memperbaiki kualitas pembangunan asrama milik Yonif Mekanis 516/CY di Gresik, Jawa Timur.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI-Perjuangan, Junico Siahaan
menegaskan bahwa ketegasan mantan Pangkostrad yang terus memberikan perhatian dan kecintaan yang tulus kepada anak buahnya tersebut perlu diapresiasi dan didukung.
“Tindakan tegas pak Dudung saya hargai karena pak Dudung ingin memberantas hal-hal yang dianggap sudah biasa di masa lalu. Pembangunan dibiarkan begitu saja, tidak pernah dievavaluasi dengan baik. Seperti tutup mata, saya tidak menuduh apakah benar-benar kelalaian atau disengaja. Kita tidak tahu,” ujar Junico saat dihubungi, Minggu (7/5/2024).
Menurut Junico, Dudung ingin memberantas perilaku yang bersifat koruptof. Sebaliknya, Dudung ingin memberikan fasilitas berkualitas yang sesuai standar kepada anak buahnya. Karenanya, wajar jika KSAD marah ketika melihat dan mendengar hal-hal yang mengorbankan prajurit TNI AD.
Sebab, sebagai pimpinan tertinggi di kesatuan AD, Dudung terus menunjukkan kepeduliannya, mencurahkan waktu, tenaga dan pikiriannya hanya untuk kesejahteraan anak buah. Dan ciri khas sosok kepemimpinan semacam inilah yang dibutuhkan oleh negara.
“Kita mendukung pak Dudung. Harus kita dukung. Wajar pak Dudung marah sebagai pimpinan, ini barak, itu kan tempat beristirahatnya tentara. Harus mendapat fasilitas yang baik untuk mereka beritirahat. Untuk mereka berolahrga, makan dan lain sebagainya. Salah satunya adalah ini tempat,” katanya.
Junico juga menyampaikan dukungannya kepada Jenderal Dudung untuk melakukan evaluasi dan audit terhadap rekanan pembangunan asrama TNI di sejumlah daerah. Hal ini disebut Junico cukup penting karena prajurit TNI adalah garda terdepan menjaga keamanan dan pertahanan negara.
“Kalau tidak sesuai standar dan sesuai prosedural lakukan audit. Kalau ada kejanggalan bisa dilakukan evaluasi,” ucap Junico.
Lebih lanjut, Junico menambahkan bahwa rekanan pembangunan asrama TNI yang tidak mengikuti prosedural tidak perlu diberi pekerjaan, terutama rekanan yang sudah meninggalkan jejak “barak”.
“Anggaran yang diberikan kan cukup baik, kenapa hasilnya malah merugikan tentara. Saya juga kalau sebagai pimpinan marah kalau itu terjadi seperti itu,” tambah Junico.
Junico berharap, Dudung terus terus memantau perkembangan pembangunan asrama prajurit. Jika ditemukan pembangunan yang tidak sesuai standar kualitas, rekanan harus memperbaiki.
“Auditnya harus bernar, petugas pembuat komitmen juga harus tegas. Yang harus dipilih mereka-mereka yang berkualitas. Jangan hanya sekedar ambil pagu terendah, yang paling murah, ini kita kasih. Padahal yang paling murah itu dibawah standar kelayakan,” pungkas Junico berharap. []