GELORA.CO - Pondok Pesantren atau Ponpes Al Zaytun Indramayu, Jawa Barat sampai detik ini tidak ada yang berani mengusik karena punya bekingan kuat.
Ponpes Al Zaytun Indramayu dilindungi para petinggi Partai Politik (Parpol) yang mempunyai peran besar untuk Indonesia. Siapa bekingan Ponpes Al Zaytun?
Kontroversi perihal Ponpes Al Zaytun Indramayu masih membuat masyarakat resah. Kontroversi yang dilakukan Ponpes Al Zaytun sampai sekarang tidak ada yang berani memberikan sanksi tegas.
Beberapa kejanggalan ajaran Ponpes Al Zaytun antara lain tentang shaf laki-laki dan perempuan dijadikan satu oleh Ponpes Al Zaytun ketika itu menggelar Salat Ied 1444 Hijriah.
Selain itu, adzan yang berbeda dari biasanya juga dilakukan di Ponpes Al Zaytun. Panji Gumilang selaku pimpinan juga bikin keributan dengan mengatakan bahwa Ponpes Al Zaytun tidak memakai empat madzhab dunia, melainkan bermadzhab kepada presiden pertama RI, Ir Soekarno.
Seperti dilihat gelora.co dari YouTube @guru gembul, Senin 8 Mei 2023, alasan kenapa Ponpes Al Zaytun selalu menimbulkan kontroversi dan tak ada satupun yang berani memberikan teguran.
Video dengan durasi 20 menit itu mengungkapkan, Ponpes Al Zaytun ternyata memiliki bekingan besar dari petinggi partai di Indonesia.
"Banyak pejabat dan petinggi partai yang dekat dengan Ponpes Al Zaytun," ucap narator dalam video.
Hal tersebut juga diduga kuat lantaran banyak kontroversi yang terjadi di Ponpes Al Zaytun, namun hingga saat ini belum ada kepastian statusnya.
Guru Gembul mengemukakan hipotesis yang mengaitkan Ponpes Al Zaytun dengan gerakan NII Komandamen Wilayah IX (KW 9). Diketahui NII merupakan kelanjutan dari gerakan DI/TII Kartosuwiryo yang hendak mendirikan negara Islam di Jawa Barat.
"Sebelum dieksekusi mati, Kartosuwiryo telah membentuk NII KW 1 sampai KW 7", cerita Guru Gembul.
Akan tetapi NII KW 1 sampai NII KW 7 yang telah dirancang oleh Kartosuwiryo tidak berkembang.
Kemudian darimana datangnya NII KW 9?
Ia mengungkap plot twist bahwa NII KW 9 diciptakan oleh pemerintah untuk melokalisir gerakan kaum radikal. Sama seperti kerja Amerika ketika mendirikan ISIS untuk mengumpulkan teroris-teroris paling ekstrim di suatu tempat, sehingga mudah ditumpas.
"NII KW 9 itu di Jawa Barat, sedangkan NII KW 8 di Lampung", ungkap Guru Gembul.
Dikarenakan pemerintah tidak bisa menumpas gerakan DI/TII seperti PKI yang jelas-jelas berideologi komunis, maka disiasati dengan operasi intelijen; yaitu merecoki ideologi mereka melalui sebuah organisasi yang kemudian dibentuk dan dikendalikan oleh pemerintah.
"Agar gerakan DI/TII jauh dari masyarakat, pemerintah menciptakan organisasi sesat dan radikal, jadi ini dinamakan NII KW 9,untuk mengumpulkan seluruh kaum radikal dalam satu tempat, yaitu di Alzaytun itu. Gerakannya dipantau dan sedikit demi sedikit dicekoki dengan nilai-nilai moderat. Makanya Pandji Gumilang pimpinan Al Zaytun sekarang pro Pemerintah, madzhabnya Bung Karno", jelas Guru Gembul.
Menjelaskan hal demikian, Guru Gembul menyebut isu-isu Ponpes Al Zaytun saat ini dimunculkan lantaran Indonesia memasuki tahun-tahun politik.
"Mau percaya atau nggak, jangan percaya sepenuhnya apa yang saya katakan", tutup Guru Gembul.
(*)