GELORA.CO - Utang Amerika Serikat yang telah mencapai ambang batas berpotensi mendorong AS ke jurang resesi. AS yang sedang 'dihantui' gagal bayar utang AS Juni mendatang sedang dalam masa kesulitan memperoleh pendanaan, mengingat AS sudah mencapai plafon utangnya US$ 31,4 triliun.
Kejatuhan negara superpower tersebut akan mengguncang perekonomian seluruh dunia. Dampak dari gagal bayar berupa permintaan impor AS dari berbagai negara berpotensi mengalami penurunan drastis.
Selain itu, investor yang memegang U.S. Treasuries atau utang pemerintah AS akan menderita kerugian. Berbagai negara secara masif dan bersamaan akan mulai meninggalkan mata uang dolar AS dan mencari alternatif.
"Tidak ada sudut ekonomi global yang akan terhindar" jika pemerintah AS gagal bayar dan krisis tidak diselesaikan dengan cepat, kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics melansir APNews.
Utang pemerintah AS atau yang biasa disebut US Treasuries merupakan salah satu aset yang paling berpengaruh di dunia. Aset yang biasa diberi istilah risk free atau bebas risiko, sebenarnya bisa mengalami kegagalan bayar dan akan 'meledakkan bom' pada sistem keuangan global.
Masalah ini makin runyam dengan polemik politik AS juga berperan dalam kekacauan perekonomian negeri paman sam. Partai republik yang kerap mengancam untuk enggan menaikkan ambang batas utang, dengan syarat Joe Biden dan partai demokrat menerima pemotongan anggaran secara tajam.
Pemerintah AS harus segera mengabaikan pertikaian politiknya untuk berfokus perbaikan ekonomi. Hal tersebut disebabkan potensi gagal bayar utang AS akan memberi efek domino pada perekonomian global.
Penurunan perdagangan global
Default atau gagal bayar utang AS akan mendorong ke jurang resesi. Tingkat konsumsi AS akan anjlok impor akan menurun, sehingga negara yang mengandalkan ekonominya melalui ekspor ke pasar AS akan terpukul.
Pukulan ini diperparah dengan potensi nilai Dolar AS terdevaluasi. Nilai dolar AS yang melemah akan membuat penurunan minat impor akibat penurunan nilai mata uang.
Melansir Refinitiv, U.S, Imports Prices secara tahunan sudah menunjukkan penurunan pada beberapa bulan terakhir. Bulan April 2023 merupakan penurunan impor AS terendah mencapai -4,8%.
Mata Uang Dolar Menderita
Dolar AS merupakan mata uang yang sering digunakan dalam transaksi international. Selain itu, banyak negara menggunakan sebagai acuan mata uang lokalnya untuk menjaga nilai tetap stabil.
Negara berkembang yang belum memiliki mata uang yang kredibel akan sangat terdampak. Penurunan nilai dolar akan membuat negara yang mengacu ke mata uang tersebut akan menerima kerugian.
Kontrak Bisnis Terpengaruh
Transaksi di berbagai belahan dunia banyak yang mempersyaratkan penggunaan dolar dengan tujuan untuk mencegah kerugian salah satu pihak akibat perubahan mata uang.
Penurunan nilai dolar secara tiba-tiba dan tajam akan menyebabkan pembayaran yang diterima kurang dari nilai yang seharusnya.
Aliran dana keluar AS
Amerika sebagai pusat perekonomian tentunya menjadi minat dunia untuk berinvestasi di negara tersebut. Ketika perekonomian AS kuat bertumbuh, investor mencari peluang melalui pasar saham. Sedangkan, perlambatan ekonomi akan mengarahkan ke US Treasuries.
Namun, kericuhan ekonomi disertai bumbu politik, menyebabkan potensi pemerintah AS gagal bayar utang akibat menolak plafon utang.
Investor akan khawatir meletakkan dananya di pasar AS, sehingga investasi akan mengarah ke negara lain dengan denominasi mata uang non dolar AS.
Cadangan Devisa dalam Mata Uang Baru
Investor yang mulai keluar dari pasar AS dan berpindah ke negara lain akan mengancam stabilitas dari dolar. Mata uang cadangan adalah uang yang dipegang bank sentral suatu negara untuk memfasilitasi perdagangan global, memenuhi kewajiban utang, dan mempengaruhi nilai mata uang domestik.
Sejak akhir perang dunia ke-2, dolar menjadi mata uang cadangan global utama di berbagai negara. Hal ini menyebabkan permintaan dolar global yang konstan dan memungkinkan pemerintah AS meminjam dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah.
Pesaing global Amerika Serikat, termasuk China dan Rusia selama bertahun-tahun menyarankan untuk diversifikasi dalam cadangan mata uang, seperti Euro atau Renminbi.
Sumber: cnbc