GELORA.CO -Perubahan iklim secara global bisa memengaruhi kehidupan sosial dan budaya di Indonesia. Jika tidak segera diantisipasi, Indonesia akan menghadapi kehancuran di masa mendatang.
Demikian ditegaskan Tenaga Profesional Lemhannas RI Bidang Ideologi, AM Putut Prabantoro di hadapan sekitar 700 peserta Kongres XII Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) yang digelar di Christian Center, Ambon, Maluku, Minggu (14/5).
Ia mencontohkan perubahan iklim ekstrem yang melanda Jazirah Arab dan Afrika diyakini tidak hanya mengubah kehidupan sosial dan budaya di wilayah tersebut, tetapi juga dunia termasuk Indonesia.
Masyarakat Arab kini mengenal salju dan hujan terpaksa harus menyesuaikan cara hidupnya. Hal ini tentu akan mendorong perubahan secara sosial budaya pada masyarakat kawasan itu.
“Ini masalah alam, dan tidak mungkin dilawan. Tetapi ini berdampak pada perubahan nilai-nilai kehidupan, sosial, dan budaya secara jelas. Sementara di Indonesia, sebagai contoh sederhana, perubahan iklim akan memengaruhi antara lain musim tanam dan panen," jelas Putut.
Selain itu, geopolitik dunia juga sedang berubah karena perang antara Ukraina dan Rusia. Finlandia, tetangga dekat Rusia sebelah utara, jelas Putut, saat ini sudah bergabung dengan NATO dan berencana membangun markasnya di Jepang.
Jika hal ini meluas, maka perang Ukraina dan Rusia akan memicu konflik terbuka antara Taiwan dan China. Dengan demikian, wilayah Laut China Selatan akan menjadi wilayah konflik terbaru dan nyata bagi negara-negara yang berkepentingan.
Di sisi lain, tahun 2023-2024 sebagai tahun politik perlu menjadi tonggak bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang cerdas dan memilih presiden dengan kecerdasan. Hal itu menjadi satu-satunya cara untuk memenangkan perubahan dan berbagai ancaman yang sudah ada di depan mata.
Menurutnya, penduduk Indonesia per Januari 2023 berjumlah 276,4 juta yang terbagi 49,7% (perempuan) dan 50,5% (laki-laki). Pengguna internet sebanyak 212,9 juta (77%) termasuk di dalamnya 167,0 juta pengguna medsos dan jumlah koneksi internet sebanyak 353,8 juta (128% dari jumlah penduduk) pada awal 2023.
Dalam tahun politik, adu domba melalui berita-berita hoax tersebut selalu menjadi warna pemilu. Mirisnya, praktik tersebut berulang di setiap pemilu.
"Bangsa Indonesia tidak pernah belajar, salah satu karakter yang menyebabkan 350 tahun dijajah karena karakter lemah, mudah diadu-domba. Menjadi bangsa yang cerdas satu-satunya cara untuk menghindarkan Indonesia dari kehancuran persatuan bangsanya," tandas Penasihat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) ini.
Sumber: RMOL