GELORA.CO, Jakarta - Upaya Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman yang menginstruksikan Satuan Jajaran TNI AD selalu menebar kebaikan kepada masyarakat mendapatkan dukungan dan apresiasi dari Ulama 212 sebagaimana yg disampaikan oleh Cendekiawan Muslim Profesor Dr. KH Didin Hafidhuddin MS.
Jika upaya ini terus dilakukan, tak terkecuali pada bulan Puasa Ramadhan ini, maka TNI AD dibawah kepemimpinan Jenderal Dudung akan semakin dicintai oleh rakyat.
“KSAD Dudung telah memberikan suri tauladan dari seorang pejabat negara kepada masyarakat dengan menebarkan kebaikan dan kasih sayang kepada masyarakat yang membutuhkan. Ini saya kira suatu yg sangat bagus dan patur dicontoh oleh semua kalangan,” ujar Prof Didin saat dihubungi, Minggu (2/4/2023).
Menurut Didin, ikhtiar Jenderal Dudung yang terus menerus ingin membuktikan jargon “TNI AD Dihati Rakyat” harus dihargai dan jangan dilihat dari aspek politis. Sebab, jargon yang dicanangkan Jenderal Dudung agar TNI semakin amanah dan didicintai rakyat tersebut sudah dibuktikan. Hal itu dapat dilihat dari bantuan KSAD Dudung kepada korban gempa Cianjur dan pemberian Takjil selama puasa Ramadhan ini.
“Bulan Ramadhan ini kan bulan berkah dan kebaikan. Pejabat yang punya kemampuan yang hartanya dia punya ada kemampuan ya silakan memberikan bantuan kepada masyarakat,” katanya.
Didin menyampaikan, jika bantuan dinilai ada unsur politis maka akan menyusahkan pejabat bergerak untuk memberikan bantuan kepada masyarakat. Padahal,masyarakat yang kurang mampu tengah membutuhkan bantuan dari mereka.
“Kalau dilihat dari aspek politik ya serba susah. Orang yang ingin memanfaatkan bukan Ramadhan untuk memberi tapi dinilai politis ya susah. Jangan dilihat dari aspek politik,” papar Didin.
Lebih lanjut, Didin juga meminta agar kunjungan Jenderal Dudung ke sejumlah pesantren, menemui ulama, santri, ustad, dan habaib tidak disebut politis. Silaturahmi merupakan hal penting karena dalam ajaran agama Islam, silurahmi untuk menguatkan ikatan persaudaraan dan kasih sayang.
“Pejabat turun ke pesantren tidak apa-apa. Pendekatannya jangan terlalu dianggap politik. Karena ketika pendekatan disebut politik maka menghambat kegitan-kegiatan yang baik,” paparnya.
Apalagi, Didin menegaskan bahwa TNI tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Sejarah mencatat bahwa TNI lahir dari rahim rakyat, bersama rakyat dan akan kembali pada rakyat.
“Sejarah membuktikan bahwa TNI itu hidup berdampingan dengan rakyat, dengan masyarakat, khususnya umat Islam. Harus saling menguatkan, dan jangan diadu domba antara TNI-umat Islam karena keduanya punya tujuan yang sama, membangun NKRI yang berdaulat, sejahtera. Dan menurut saya, TNI-umat Islam kekuatan yang sangat dahsyat ketika menyatu. Jangan sampai dipecah belah,” pungkas Cendikiawan Muslim ini. []