GELORA.CO - Bunga pinjaman proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang membengkak, menjadi bukti tidak cermatnya PDI Perjuangan dalam menunjuk kader untuk dijadikan pemimpin.
Pasalnya, kenaikan bunga itu setelah Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang merupakan kader PDIP, gagal melobi China untuk menurunkan bunga pinjamannya. Semula, permintaan bunga pinjaman 2 persen, kini menjadi 3,4 persen.
Dalam konteks menjelang Pemilu 2024 dengan status sebagai juara bertahan, PDIP harus lebih cermat dalam mengutus calon pemimpin setelah kesalahan yang dilakukan Joko Widodo.
Dikatakan begawan ekonomi Rizal Ramli, PDIP harus memastikan kader yang diutus itu mengamalkan tentang nasionalisme dan asas Trisakti.
"(Membengkaknya bunga KCJB) pelajaran yang sangat berharga untuk @PDI_Perjuangan yang salah memilih petugas partai," kata Rizal Ramli dalam cuitan akun Twitternya, Kamis (13/4).
Kata dia, PDIP tidak boleh lagi memilih pemimpin berdasarkan popularitas survei, seperti saat memilih Joko Widodo pada Pilpres 2014, lalu kemudian diusung kembali di Pilpres 2019.
"(Jangan lagi memilih) yang tidak betul-betul menghayati nasionalisme dan Trisakti, yang hanya bermodal pencitraan dan populeritas berbayar. (Akhirnya) Trisakti hanya jadi slogan," tandasnya.
Sumber: rmol