GELORA.CO - Khamis Jouda, mahasiswa asal Jalur Gaza, Palestina, mengisahkan dahsyatnya pertempuran antara tentara pemerintah Sudan dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan itu telah menewaskan 300 orang lebih dan melukai ribuan lainnya.
Selain itu, pasokan listrik terputus, ditambah semakin menipisnya persediaan makanan dan air bersih.
Mahasiswa kedokteran sebuah universitas di Khartoum itu dievakuasi bersama ratusan orang lainnya dari Sudan melalui perbatasan Mesir.
Menurut Jouda, dia tak pernah melihat pertempuran seperti itu. Bahkan tak terjadi dalam perang antara pejuang Palestina dan pasukan Zionis Israel di Gaza.
"Kami menyaksikan kejadian-kejadian yang belum pernah dilihat sebelumnya. Semua orang mengkhawatirkan keselamatan masing-masing," kata pria 25 tahun itu, seperti dilaporkan kembali Reuters, Rabu (26/4/2023).
Dia menyaksikan sendiri mayat bergelimpangan di jalanan, penjarahan, serta perkelahian antara penduduk menggunakan senjata.
Hal lain yang mengejutkannya adalah semua peralatan militer, termasuk jet tempur, digunakan untuk melawan sesama warga bangsa.
“Kami tidak menyangka akan melihat jet tempur dan drone mengebom dalam pertempuran internal,” kata Jouda.
Sementara itu warga Palestina lain yang meminta namanya tak dipublikasikan mengatakan, ada anak-anak yang membawa pisau besar demi melindungi diri.
"Kami melihat pabrik, kendaraan, dan bangunan yang masih terbakar, saat melintas. Kelihatannya buruk dan sepertinya tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Kami mendoakan Sudan," kata dia.
Sudan menjadi sasaran warga Palestina untuk melanjutkan studi karena biaya pendidikan di sana tergolong murah serta kemudahan visa.
Kementerian Luar Negeri Palestina di Tepi Barat sejauh ini telah mengevakuasi 300 warganya. Upaya lain sedang dilakukan untuk mengevakuasi ratusan lainnya dari Khartoum serta bebarapa kota lain, bekerja sama dengan Arab Saudi, Yordania dan Mesir.
Sumber: inews