GELORA.CO -Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tengah menjadi sorotan publik lantaran biaya pembangunan kembali mengalami pembengkakan. Padahal, proyek ini sebenarnya tidak terlalu mendesak bagi rakyat Indonesia.
Pembengkakan biaya (cost overrun) kereta cepat mencapai 1,2 miliar dolar AS atau setara Rp 18 triliun dengan bunga pinjaman 3,4 persen.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyayangkan peristiwa yang merugikan keuangan negara seperti itu kembali terjadi. Apalagi, katanya, kereta cepat yang dikerjasamakan dengan China sebenarnya adalah proyek kurang kerjaan.
“Maksudnya, nggak ada kereta cepat juga nggak apa-apa, eh malah maksa diada-adain,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (14/4).
Buntutnya, justru kini Indonesia tersandera dengan proyek tidak penting tersebut. Terlebih setelah pihak China meminta agar APBN Indonesia jadi penjamin proyek kereta cepat.
“Eh, sekarang jadi bikin susah. Bahkan saat ini sepertinya kita tersandera,” demikian pria yang akrab disapa Hensat itu.
Sumber: RMOL