GELORA.CO - Pakar hukum tata negara Refly Harun menanggapi hasil survei elektabilitas yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei terkait tiga tokoh calon presiden (Capres). Menurutnya, ada yang tak beres dari hasil yang disajikan kepada publik.
Ia mempertanyakan independensi lembaga survei lantaran hasil survei yang tersaji saat ini tak merepresentasikan situasi dan kondisi apa yang terjadi saat ini.
“Tapi yang harus kita tanyakan dulu adalah Indikator politik ini bekerja untuk siapa? apakah dia benar-benar independen?,” ujar Refly, dikutip dari kanal YouTube pribadinya, Rabu (5/4/2023).
Ia menunjuk Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang terus-menerus mempertahankan Ganjar di posisi pertama peringkat survei.
“Karena kalau indikator, Saiful Mujani, itu sudah jelas nomor satunya selalu Ganjar Pranowo, entah itu realitas ataukah sebenarnya tidak demikian kita serahkan kepada kredibilitas mereka masing-masing,” ungkap Refly.
Strategi tersebut sengaja dilakukan oleh lembaga survei bayaran untuk menenggelamkan tokoh lawan. Misalnya Anies, jika suaranya menguat, maka akan dilakukan perombakan hasil survei ulang.
“Itu penting, tapi dia bukan opsi, pinter juga mereka. Kalau Anies menguat, maka begini-begini dan lain sebagainya,” ujarnya.
“Kita tidak tau apakah sudah menguat atau tidak. Jadi, dalam kacamata indikator ini melemah nih Anies, karena itu kalau Anies lemah, ya sudah Ganjar sama Prabowo duel,” lanjutnya.
Lagi-lagi, Refly menekankan supaya publik lebih teliti dan kritis dalam membaca hasil survei yang disajikan lembaga survei. Pasalnya, akan selalu ada kemungkinan mereka dibiayai untuk merekayasa hasil survei.
“Karena yang namanya conflict of interest kan pasti terjadi. Biasanya kan begitu, mana yang bisa diumumkan dan mana yang tidak dan sebagainya,” terang Refly.
Namun, katanya, jika pendanaannya benar-benar independen, maka itu barangkali bisa diharapkan. Tapi kalau misalnya terikat dengan pihak tertentu yang selalu menjadi pelanggan surveinya itu barangkali sekecil apapun pasti ada pengaruhnya.
“Ketika melakukan survei, menganalisisnya maupun saat menyajikannya, jadi adalah bias-biasnya,” tandasnya.
Sumber: kontenjatim