GELORA.CO - Startup riset milik Elon Musk, Neuralink, disebut telah sukses mengujicobakan proyek implan otak pada monyet. Perusahaan kemudian akan memulai tes serupa, uji coba implan di otak manusia pada 2023.
Namun, federal Amerika Serikat yang mengurus obat-obatan dan pangan, FDA, tidak memberi izin pada Neuralink untuk memakai perangkat serupa yang membunuh banyak monyet hingga babi, kepada manusia.
"Masalah keamanan utamanya terkait dengan baterai lithium perangkat, potensi kabel kecil implan yang bermigrasi ke area lain di otak, dan bagaimana perangkat dapat dilepas tanpa merusak jaringan otak," tutur seorang mantan karyawan Neuralink kepada Reuters.
Sederhananya, FDA tidak menganggap sistem baterai di perangkat akan diucobakan, bakal berfungsi dengan baik. Untuk membuktikan sebaliknya, Neuralink harus memberikan lebih banyak bukti tentang chip otak tersebut.
Di luar isu tersebut, sebuah dokumen yang dilihat oleh Reuters mengungkapkan Departemen Pertanian AS sedang menyelidiki Neuralink, menyusul keluhan bahwa pengujian hewan dilakukan dengan tergesa-gesa dan menyebabkan penderitaan dan kematian.
Mengutip Evening Standard, Senin (6/3/2023), karyawan dilaporkan mengeluh soal tekanan dari Elon Musk untuk mempercepat pengembangan dan menghasilkan eksperimen yang gagal.
Tes yang gagal tersebut harus diulangi, sehingga jumlah hewan yang diuji dan dibunuh makin meningkat.
Secara keseluruhan, perusahaan tersebut diduga telah membunuh sekitar 1.500 hewan, termasuk lebih dari 280 domba, babi, dan monyet--eksperimen sejak 2018.
Neuralink Langgar Aturan Penelitian?
Seekor monyet bernama Pager memainkan gim Pong menggunakan otaknya, karena otak monyet tersebut sudah ditanami chip oleh perusahaan Elon Musk (Foto: Neuralink/ BBC).
Seorang sumber yang mengetahui masalah ini menyebut angka itu sebagai perkiraan kasar karena perusahaan tidak mencatat dengan tepat jumlah hewan yang diuji dan dibunuh.
Neuralink juga telah melakukan penelitian menggunakan tikus dan mencit. Namun, jumlah total kematian hewan tidak serta merta menunjukkan bahwa Neuralink melanggar peraturan atau praktik penelitian standar.
Banyak perusahaan secara rutin menggunakan hewan dalam percobaan untuk memajukan perawatan kesehatan manusia, dan mereka menghadapi tekanan keuangan untuk membawa produk ke pasar dengan cepat.
Hewan biasanya dibunuh saat percobaan selesai, seringkali agar mereka dapat diperiksa setelah kematian untuk tujuan penelitian.
Tetapi karyawan Neuralink saat ini dan sebelumnya mengatakan jumlah kematian hewan lebih tinggi dari yang seharusnya karena alasan terkait tuntutan Elon Musk untuk mempercepat penelitian.
Sumber: liputan6