Tak Kalah Gertak, Inggris Kirim Uranium ke Ukraina, Putin Bangun Instalasi Nuklir di Belarus

Tak Kalah Gertak, Inggris Kirim Uranium ke Ukraina, Putin Bangun Instalasi Nuklir di Belarus

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki ketegasan dan keberanian yang luar biasa.

Intimidasi negara di dunia terhadapnya seolah tak mempan untuk menghentikan perang dengan Ukraina.

Kepemimpinan dan keberanian seorang pemimpin negara seperti ini patut diacungi jempol.


Seperti saat ini, Inggris yang membantu Ukraina dengan mengirim Uranium, langsung direspons oleh Putin.

Putin menunjukkan kesiapannya untuk memulai perang dunia lewat senjata nuklir, dan ini menurutnya bukan gertak.

Uranium merupakan zat kimia yang ampuh digunakan dalam peperangan, jika menjadi korban maka negara itu mengalami radiasi.

"Rusia kini sedang menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan khusus untuk senjata nuklir di Belarus, dan siap digunakan ke wilayah di sekitarnya," kata Putin.

Berdasarkan ulasan Russia Today, Senin (27/3/2023), Putin menjelaskan bahwa senjata nuklir di Belarus ini akan siap pada 1 Juli 2023.

"Sekarang kami sedang menuntaskan pembangunan instalasinya," ujar Putin.

Kendati demikian, Putin menekankan bahwa Rusia tidak berencana menyerahkan kendali senjata nuklir taktis itu kepada Belarus, tapi negaranya yang akan mengendalikan penuh.

Menurut Putin, penempatan nuklir taktis di Belarus ini bukan tanpa sebab.

"Langkah tersebut didorong oleh keputusan Inggris yang memberikan amunisi depleted Uranium kepada Ukraina," ucapnya.

Sebelumnya, Inggris mengumumkan pada Maret ini mereka berencana untuk mengirim peluru kendali yang mengandung Uranium ke Ukraina untuk digunakan pada tank tempur Challenger 2.

Rusia pun mengecam langkah itu sebagai tanda 'kecerobohan mutlak, tidak bertanggung jawab, dan impunitas' pihak Inggris dan Amerika Serikat (AS).

Sebab, jika digunakan dampaknya akan luar biasa bagi Rusia, yakni mengalami radiasi.

Namun, AS menepis kekhawatiran Rusia dengan menyebut cangkang Uranium yang habis sebagai 'jenis amunisi biasa' yang 'telah digunakan selama beberapa dekade'.

Kementerian Pertahanan Rusia kemudian memperingatkan bahwa penggunaannya dapat memicu bencana radioaktif, mengingat penggunaan amunisi semacam itu telah digunakan NATO di Irak.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko pun telah berulang kali mengangkat masalah ancaman yang ditimbulkan terhadap bangsanya oleh senjata nuklir yang dikerahkan AS ke negara-negara Uni Eropa (UE).

Pada Oktober 2022, ia menunjuk pada pembicaraan 'berbagi nuklir' antara AS dan Polandia, memperingatkan bahwa senjata nuklir dapat ditempatkan di Polandia yang berbatasan dengan Belarus.

"Belarus perlu mengambil 'langkah-langkah yang tepat' untuk mengatasi ancaman ini," kata Lukashenko saat itu.

Ia menambahkan bahwa dirinya akan membahas masalah tersebut dengan Rusia.

Saat ini, senjata nuklir AS dikerahkan di Belgia, Jerman, Italia, Belanda dan Turki.

Pada 2021, Rusia meminta senjata itu dipulangkan sebagai bagian dari proposal keamanannya, namun AS dan NATO menolak permintaan tersebut.

Sumber: wartakota
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita