Soal Israel, Jokowi Kader Partai yang Berani Melawan Megawati

Soal Israel, Jokowi Kader Partai yang Berani Melawan Megawati

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto menilai polemik keikutsertaan timnas Israel dalam Piala Dunia U-20 yang rencananya di gelar di Indonesia hanyalah persaingan politik semata antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo semata.

“Semakin mempertegas perseteruan PDIP dengan Jokowi,” kata Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa malam (28/3).

Penolakan timnas Israel bermain di Indonesia ini disuarakan oleh kader-kader utama partai berlambang banteng moncong putih itu, antara lain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster.

Satyo menganggap, dalam isu timnas Israel ini Ganjar masih bersikap patuh dan taat pada perintah dan garis komando Megawati selaku Ketua Umum PDIP.

“Tapi Jokowi tidak,” ujarnya.

Sebelumnya, pengamat hubungan luar negeri Teguh Santosa menyampaikan bahwa hehadiran timnas Israel tidak akan mengubah posisi Indonesia terhadap isu kemerdekaan dan pembebasan Palestina dari penjajahan dan pendudukan Israel yang masih berlangsung. Sikap menentang penjajahan di dunia masih menjadi kredo suci kemerdekaan Indonesia seperti tercantum di Pembukaan UUD 1945.

Di sisi lain, Indonesia berkewajiban menjalankan tugas masyarakat dunia menjadi tuan rumah dan penyelenggara Piala Dunia U-20 dengan sebaik mungkin. Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 harus sukses seperti penyelenggaraan Asian Games 2018 yang lalu.

“Ini bukan kali pertama delegasi Israel hadir dalam kegiatan internasional yang diselenggarakan di Indonesia. Sudah sering, baik yang terbuka, maupun tertutup,” ujar Teguh Santosa dalam keterangannya, Kamis (16/3).

Dia mencontohkan, di bulan Maret tahun lalu ada empat politisi Israel yang hadir dalam pertemuan Inter-Parliament Union (IPU) di Bali. Mereka adalah Avi Dicter yang memimpin delegasi Israel, Nira Shpak, Liat Margalit, dan Hanan Rettman. 

Sumber: rmol
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita