GELORA.CO - Pernyataan Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mengenai karakteristik pemimpin Indonesia tahun 2024 mendatang, dinilai bermakna ganda.
Pasalnya, Mega menyebut Joko Widodo sebagai "orang baik". Di sisi lain ia mengungkit dasar dukungannya kepada Jokowi sebagai Presiden RI hingga dua periode.
Analisis tersebut disampaikan Direktur Political and Public Policy Studies, Jerry Massie, menanggapi pernyataan Megawati usai menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Sabtu kemarin (18/3).
Jerry menjelaskan, pernyataan Megawati belum cukup tegas menyindir Jokowi karena menyampaikan, “Pilih orang yang baik, seperti Jokowi itu kan saya pilih karena saya yakin beliau orang baik. Oke saya jadikan (presiden), bisa atur pemerintah”.
“Mega plinplan dan tak jujur bahasanya. Dia salah kaprah dalam membuat statement. Apa dia tidak tahu Jokowi bukan pemimpin yang jujur? Dia mengangkat Jokowi dalam situasi yang tak tepat,” ujar Jerry kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (21/3).
Di samping itu, Megawati juga memberikan imbauan kepada kepala desa-kepala desa untuk memperhatikan karakteristik yang ia gunakan saat memilih Jokowi sebagai Presiden ketujuh RI, yaitu “orang baik”.
Imbauan yang disampaikan Megawati kepada para kepala desa itu adalah, “Kalian itu boleh meminta, karena negara dan bangsa ini milik kalian, tetapi juga harus mikir, sejauh mana sih negara ini dari sisi keuangannya”.
Menurut Jerry, seharusnya Megawati bisa menyebut nama tokoh yang menggambarkan karakteristik tersebut, bukan justru memberikan bahasa yang bermakna ganda. Karena seolah ia hanya menyindir dan mengungkit Jokowi yang disokong PDIP.
“Kan bisa langsung nyebut Puan. Karena Mega seharusnya bicara apa adanya tentang dana desa yang besar, tapi penduduk Indonesia sejak dipimpin Jokowi kemiskinan terus bertambah,” tuturnya.
“Bayangkan sejak 2015 sekitar Rp 400 triliun dana desa digelontorkan. Tapi saya nilai tak ada hasil,” demikian Jerry.
Sumber: rmol