GELORA.CO - Depo Pertamina Plumpang di Koja, Jakarta Utara meledak dan terbakar pada Jumat malam (3/3/2023). Petugas pemadam kebakaran menduga insiden itu dipicu oleh sambaran petir.
Pihak Pertamina sendiri belum memberikan keterangan resmi tentang kebakaran Depo Pertamina Plumpang, kecuali mengonfirmasi adanya insiden tersebut.
Ini adalah kali kedua Depo Pertamina Plumpang, terminal BBM terpenting Indonesia dan objek vital nasional meledak dalam sekitar dua dekade terakhir.
Depo Pertamina Plumpang juga pernah meledak hebat pada 2009 silam. Tepatnya ledakan terjadi pada Minggu 18 Januari, sekitar pukul 21.20 WIB. Kebakaran baru bisa padam pada keesokan harinya, sekitar pukul 06.15 WIB.
Sabotase?
Kebakaran Depo Pertamina Plumpang saat itu tidak saja menghebohkan karena skalanya yang besar, tetapi karena merebaknya isu sabotase terhadap objek vital nasional tersebut.
Sejumlah media ketika itu melaporkan bahwa Depo Plumpang meledak di sekitar santernya isu penggantian Dirut Pertamina Ari H Soemarno oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tidak hanya itu, muncul juga rumor bahwa ledakan tersebut adalah ulah teroris. Rumor ini cukup beralasan karena tiga bulan sebelumnya, tepatnya pada 21 Oktober 2008, Densus 88 menangkap teroris di Kelapa Gading, Jakarta Utara yang menargetkan Depo Pertamina Plumpang.
Wakabid Humas Mabes Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak ketika itu mengatakan para teroris yang ditangkap memang mengincar Depo Pertamina Plumpang. Mereka juga tinggal sangat dekat dengan fasilitas vital tersebut.
"Wahyu sudah satu tahun tinggal di Plumpang kan? Salah satu target mereka adalah depo minyak Pertamina di Plumpang," kata Sulistyo dalam jumpa pers kala itu.
Kelompok teroris itu memiliki kemampuan merakit bom dan diduga sebagai murid dari gembong teroris pakar bom Dr Azahari.
Bukan faktor teknis
Isu sabotase ini kemudian diramaikan oleh komentar Kepala BIN saat itu, Syamsir Siregar. Ia mengatakan ledakan di Plumpang bukan karena masalah teknis.
Dalam sebuah kunjungan ke Pondok Pesantren di Tasikmalaya, Jawa Barat, Syamsir menyentil kepolisian dalam kasus meledaknya Depo Pertamina Plumpang.
"Saya sudah sejak lama memberitahukan kepada pihak terkait baik polisi maupun pihak Pertamina, agar pengawasan dan pengetatan keamanan Depo Plumpang benar-benar diperhatikan," kata Syamsir pada Minggu 29 Januari 2009.
Ia menambahkan bahwa BIN sudah memberitahukan kepada polisi sejak tiga bulan sebelumnya soal risiko keamanan Plumpang.
Sementara pada 29 Januari, mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim juga menyentil insiden tersebut dalam blog pribadinya.
Dalam tulisan bertajuk Depo Plumpang terbakar, apa yang sebenarnya terjadi?, Chappy mempertanyakan keterangan awal polisi yang menyebut faktor teknis sebagai pemicu ledakan Depo Plumpang.
"Muncul pertanyaan di sini, kalau memang terjadinya kecelakaan disebabkan oleh faktor teknis, mengapa bukan pihak Pertamina yang sangat menguasai aspek teknis dari sebuah Depo BBM yang menerangkannya kepada masyarakat?" tulis Chappy saat itu.
Ia juga menyinggung soal tidak terlibatnya TNI dalam pengamanan objek vital nasional seperti Depo Pertamina Plumpang sejak Reformasi, yang diatur dalam UU TNI.
Chappy, yang pensiun pada 2005, menyoroti pemukiman liar di sekitar Depo Pertamina Plumpang; soal longgarnya keamanan di sekitar fasilitas vital itu sehingga warga bisa dengan mudah memanjat tembok dan masuk ke dalam depo.
"Dengan demikian sangat mudah bila ada orang yang berniat untuk meledakkan tanki BBM di Depo Pertamina Plumpang," simpul Chappy dalam blog-nya.
Hasil penyelidikan polisi
Polisi sendiri mengumumkan hasil penyelidikannya terhadap ledakan Depo Pertamina Plumpang pada 5 Februari 2009. Kepala Bareskrim Polri saat itu, Susno Duaji mengungkapkan bahwa insiden tersebut disebabkan oleh faktor teknis.
Susno, dalam jumpa pers, menjelaskan bahwa ledakan Depo Pertamina Plumpang pada 18 Januari 2009 bermula dari percikan api dari gesekan elektrostatik di antara pengambil sampling dengan dinding lubang ukur, lalu menyambar bensin bercampur oksigen pada tangki nomor 24.
Pada saat itu volumen BBM di dalam tangki sekitar seperempat. Adapun tinggi tangki sekitar 10 meter. Kebakaran terjadi saat sebuah kapal tangki sedang menyalurkan BBM ke Depo Pertamina Plumpang dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Dalam penyelidikan itu, polisi melibatkan 91 personel yang melibatkan ahli dari Forensik Bareskrim Polri, Pusat Identifikasi Bareskrim Polri, Kedokteran Forensik Polri dan RSCM, penjinak bom Gegana Brimob, Ditjen Migas ESDM, Pertamina, dan Fakultas MIPA UI.
Sumber: suara