OLEH: WIDIAN VEBRIYANTO
PUBLIK mungkin masih ingat dengan baliho Presiden Joko Widodo saat kampanye Pilpres 2014 lalu. Tagline bertulis “Jokowi: Jujur, Merakyat, Sederhana” bisa saja sudah dilupakan. Tapi gambar Jokowi dan harga-harga outfit yang dikenakan pasti kekal dalam ingatan publik.
Tertulis bahwa kemeja putih panjang Jokowi hanya seharga Rp 100 ribu, celana hitam Rp 160 ribu, celana Rp 110 ribu, dan tanpa perhiasan di tangan. Sangat sederhana bagi seorang calon presiden kala itu. Bahkan bisa dikatakan berhasil mencuri perhatian publik dan mencitrakan Jokowi sebagai pemimpin sederhana merakyat.
Jokowi seolah jadi cerminan pemimpin yang lahir dari rakyat. Sebab dia bukan konglomerat, bukan pimpinan partai, dan juga bukan berasal dari trah ningrat. Keluarga Jokowi juga sederhana. Gibran, Kahiyang, dan Kaesang hanya anak rumahan biasa yang tidak menunggangi ranah politik sang ayah.
Kesederhanaan Belum Membumi
Namun di periode kedua, kesederhanaan Jokowi dalam pemerintahan seperti jauh panggang daripada api. Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy terhadap anak pengurus Gerakan Pemuda Ansor kembali membuat geram dengan ulah para pejabat publik. Pasalnya, kasus ini turut menyeret ayah Mario Dandy yang bekerja sebagai pejabat Ditjen Pajak, Rafael Alun. Terkuak ada kekayaan puluhan miliar yang kemudian disebut sebagai harta tidak wajar.
Rumah mewah, mobil mewah, dan gaya hidup mewah yang sempat dipajang keluarga Rafael Alun di media sosial lantas dikuliti publik. Bahkan warganet sempat menelusuri bahwa pajak Rubicon yang dipakai Mario Dandy masih nunggak. Parahnya lagi, pemilik mobil mewah itu atas nama Ahmad Saefuddin yang tinggal di perkampungan dan disebut bekerja sebagai cleaning service. Artinya, demi memamerkan hidup bermewah-mewahan, Rafael Alun sampai harus memutar otak membuat trik khusus agar tidak terendus.
Singkatnya, kesederhanaan yang dipamerkan Jokowi pada 2014 tidak membumi. Jokowi gagal dalam mengkampanyekan hidup sederhana kepada jajaran pejabat negara. Buntutnya, kini generasi muda juga senang pamer kekayaan di media sosial, yang paling fenomenal ucapan dari seorang aggregator Binomo berbunyi, “wow murah banget”. Selain itu, sering juga dijumpai anak muda yang saling beradu harga pakaian masing-masing.
Dimulai Lagi dari Keluarga Jokowi
“Harta tidak wajar” menjadi kata kunci kasus Rafael Alun terungkap. Kata kunci ini pula yang seharusnya menjadi patokan Presiden Joko Widodo untuk bersih-bersih sebelum masa amanahnya habis. Semua itu bisa dimulai dari lingkungan terdekat Jokowi, yaitu anak-anaknya.
Anak pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka kini menjabat sebagai Walikota Solo. Dia juga memiliki sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang kuliner. Total harta kekayaan Gibran pada tahun 2022 setelah dikurangi utang sebesar Rp 26 miliar. Anak keduanya, Kahiyang Ayu menikah dengan pengusaha yang kini jadi Walikota Medan, Bobby Nasution. Kekayaannya di tahun 2021 hampir mencapai Rp 56 miliar.
Sementara anak ketiga, Kaesang Pangarep belum menjadi pejabat publik. Dunia politik baru sebatas angan-angannya saja, mirip seperti Gibran saat periode pertama yang sempat menolak masuk ranah politik. Dia baru lulus dari Singapore University of Social Science (SUSS) pada Oktober 2019 dan menyandang gelar Bachelor of Science di bidang pemasaran. Namun demikian, Kaesang sudah malang melintang di bisnis kuliner seperti kakaknya. Suami dari Erina Gudono tercatat memiliki 13 bisnis, mulai dari Sang Pisang, Hompimpa Gamers, Sang Javas, Ternakopi, Madhang, hingga Mangkok Ku.
Nama Kaesang Pangarep sempat menghebohkan publik saat dilaporkan dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), atas dugaan melakukan praktik KKN terhadap relasi bisnis. Ubed menilai ada sejumlah kejanggalan dengan arus dana yang masuk ke perusahaan yang dikelola kedua putra Jokowi tersebut. Kasus itu bermula saat November 2021, Kaesang Pangarep memborong saham PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP), sebuah perusahaan yang memproduksi makanan beku berbasis udang.
Total saham yang dibeli Kaesang Pangarep mencapai 188,24 juta lembar saham atau sekitar 8 persen dari total keseluruhan saham yang ditempatkan di perseroan. Saat itu harga per lembar saham PMMP Rp 490, artinya total transaksi yang dilakukan Kaesang mencapai Rp 92,2 miliar. Tentu ini angka yang terbilang besar bagi anak muda yang belum lulus kuliah.
Presiden Jokowi perlu meminta anak-anaknya untuk menjelaskan ke publik, apakah harta yang dimiliki memang wajar untuk dimiliki. Jangan sampai harta-harta itu seperti milik Rafael Alun yang tidak wajar, sehingga berimbas pada kepercayaan publik membayar pajak. Jika sudah dipastikan keluarga aman dari harta tidak wajar, maka Jokowi punya kredibilitas tinggi untuk meminta jajaran pemerintahan mengikuti jejaknya. Hidup sederhana tanpa aliran dana haram.