Jokowi Perangi Pakaian Bekas, RI Ternyata Rutin Impor dari China

Jokowi Perangi Pakaian Bekas, RI Ternyata Rutin Impor dari China

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Presiden Jokowi perintahkan jajarannya untuk memerangi pakaian bekas impor. Jokowi menegaskan praktik tersebut sangat mengganggu industri dalam negeri.

Jokowi mengungkapkan telah memerintahkan jajaran menterinya untuk mencari pelaku-pelaku yang masih melakukan impor pakaian bekas.

"Sudah saya perintahkan untuk mencari betul dan sehari dua hari sudah banyak yang ketemu. Itu mengganggu industri tekstil dalam negeri," Jokowi di Istora Senayan, Rabu (15/3).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia rutin mengimpor pakaian bekas. Ternyata, impor paling banyak berasal dari China. Pada tahun 2019 Indonesia melakukan impor pakaian dari China sebesar 64.660 ton. Sebanyak 417 ton merupakan pakaian bekas.

Kemudian di tahun 2020, BPS mencatat total impor pakaian jadi dari China sebanyak 51.790 ton. Sementara pakaian bekas impor hanya 66 ton atau 0,13 persen dari impor pakaian jadi China itu.

Tahun 2021 impor pakaian jadi dari China 57.110 ton, sedangkan impor pakaian bekas hanya 8 ton atau 0,01 persen dari impor pakaian jadi asal China.

Kepala BPS Margo Yuwono menegaskan bahwa impor pakaian bekas yang tercatat di BPS merupakan impor pakaian bekas yang legal.

"Data yang tercatat di BPS berasal dari Bea Cukai, termasuk HS 63090000 pakaian bekas dan barang bekas lainnya," kata Margo kepada kumparan, Sabtu (18/3).

Anggota DPR: UMKM Dibunuh Produk China

Anggota DPR dari PDI Perjuangan, Adian Napitupulu mempertanyakan pernyataan pemerintah tentang pakaian bekas impor merugikan industri dan UMKM. Menurutnya, UMKM di Indonesia saat ini dirugikan oleh produk-produk China.

Adian Napitupulu yang dikenal sebagai Aktivis 98 menilai, impor pakaian bekas yang masuk ke Indonesia nilainya tak seberapa. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019, Adian menyebut impor pakaian bekas hanya 417 ton. Jumlah itu setara 0,6 persen impor pakaian dari China yang sebesar 64.660.

"Dari 417 ton impor pakaian bekas itu pun tidak semuanya bisa di jual ke konsumen karena ada yang tidak layak jual. Rata-rata yang bisa terjual hanya sekitar 25 persen hingga 30 persen saja atau di kisaran 100 ton saja," ujar Adian Napitupulu, Sabtu (18/3).

BPS mencatat, pada 2020 impor pakaian jadi dari China sebesar 51.790 ton. Sementara pakaian bekas impor hanya 66 ton atau 0,13 persen dari impor pakaian jadi China itu. Tahun 2021 impor pakaian jadi dari China 57.110 ton, sedangkan impor pakaian bekas hanya 8 ton atau 0,01 persen dari impor pakaian jadi asal China.

"Dari seluruh angka di atas maka sesungguhnya UMKM kita dibunuh siapa? Mungkin urut-urutannya seperti ini, UMKM 80 persen di bunuh pakaian jadi impor dari China, sementara pakaian jadi impor China saat ini tidak dibunuh, tapi sedang digerogoti oleh pakaian bekas impor," kata Adian Napitupulu yang juga anggota Komisi VII DPR itu.

Sumber: kumparan
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita