Oleh: Widian Vebriyanto
ACARA buka puasa bersama yang digelar Partai Nasdem di Nasdem Tower, Menteng, Jakarta Pusat pada Sabtu (25/3) terbilang luar biasa. Pasalnya, acara ini dihadiri sejumlah elite politik yang berpengaruh pada Pilpres 2024 mendatang.
Sebagai tuan rumah, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menghadirkan tamu-tamu yang istimewa. Petinggi Koalisi Perubahan untuk Persatuan sudah barang tentu dihadirkan. Dari pihak Partai Demokrat hadir Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sementara dari pihak PKS dihadiri oleh Sekretaris Jenderal DPP PKS Aboe Bakar Alhabsyi.
Tamu istimewa selanjutnya adalah bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan dan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Sementara yang menjadi sorotan publik adalah kehadiran Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, karena Golkar sudah memiliki koalisi sendiri bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Airlangga memang bukan satu-satunya wakil dari KIB, ada juga Wakil Ketua Umum DPP PPP Rusli Effendi. Tapi sorot mata tetap mengarah pada Airlangga, yang secara kekuatan partai lebih besar dibanding PPP. Apalagi, Airlangga sudah diputuskan dalam Munas Golkar 2019 sebagai calon presiden mewakili partai beringin. Artinya, posisi Menko Perekonomian RI itu tidak bisa dipandang sebelah mata, termasuk kehadirannya dalam acara Bukber Nasdem.
Andai Golkar Gabung Koalisi Perubahan untuk Persatuan?
Golkar merupakan partai yang memiliki 85 kursi di DPR atau setara 14,8 persen. Hanya saja kehadirannya di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) seperti tidak mendapat tempat khusus. Oleh partai-partai di KIB, Airlangga seolah tidak direkomendasikan sebagai calon presiden ataupun calon wakil presiden. Padahal PAN dan PPP masing-masing hanya memiliki 7,7 persen dan 3,3 persen kursi di DPR. Gabungan suara keduanya bahkan masih kalah dari kursi Golkar.
Seolah “lancang” dengan Golkar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan justru mengumbar dukungannya untuk duet pasangan Ganjar Pranowo dan Erick Thohir sebagai capres dan cawapres. Dua tokoh yang berasal dari partai di luar KIB dan kelompok pebisnis.
Tidak hanya PAN, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PAN juga ujug-ujug menyatakan pihaknya akan mengusung Sandiaga Uno dalam Pilpres 2024. Padahal, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu masih merupakan kader Partai Gerindra.
Atas dasar itu, tidak salah jika kemudian Airlangga Hartarto bermanuver menjajaki koalisi lain. Kedekatan dengan Surya Paloh benar-benar dimanfaatkan Airlangga dengan hadir dalam acara Bukber Nasdem. Terlebih, ada Jusuf Kalla sebagai mantan Ketua Umum Partai Golkar yang bisa jadi jembatan Airlangga berlabuh.
Jika Golkar bergabung, maka kekuatan Koalisi Perubahan untuk Persatuan akan bertambah menjadi 43,2 persen kursi di DPR. Rinciannya, Golkar 14,8 persen, Nasdem 10,3 persen, Demokrat 9,4 persen, PKS 8,7 persen. Artinya, koalisi ini bisa menjadi yang terkuat.
Anies Untung Besar
Jika Golkar bergabung, maka peluang Anies Baswedan untuk menjadi presiden pengganti Joko Widodo pada Pilpres 2024 semakin terbuka lebar. Lebih kuat lagi jika Anies memilih Airlangga Hartarto sebagai calon wakil presiden.
Dalam poin kedua Piagam Koalisi Perubahan untuk Persatuan, disepakati bahwa koalisi akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden tahun 2024 hingga 2029. Di poin ketiga, Anies diberi mandat untuk memilih calon pasangannya.
Artinya, Anies bisa saja memilih Airlangga yang partainya memiliki basis akar rumput lebih besar ketimbang partai-partai yang mendukungnya saat ini. Sementara di satu sisi, partai-partai pendukung sudah legawa menyerahkan mandat penentuan cawapres ke Anies.
Sekalipun nanti ada partai yang menolak Anies memilih Airlangga, maka Anies tetap bisa berbesar hati. Sebab koalisi Nasdem dan Golkar saja sudah cukup untuk memberinya tiket pencapresan. Dengan begitu, PKS dan Demokrat tidak bisa menuntut lebih banyak karena kursi yang terbilang lebih sedikit, sekalipun menjadi golongan pertama yang membentuk koalisi.
Duet Anies-Airlangga juga akan mengubah peta politik nasional. Sebab, Anies adalah sosok yang selalu masuk 3 besar survei nasional soal capres potensial. Sementara Airlangga merupakan ketum partai besar yang memiliki banyak kader militan di daerah. Airlangga juga mumpuni secara ekonomi karena berhasil menjadi garda depan Jokowi dalam menangani pandemi Covid-19. Singkatnya, duet ini wajib diwaspadai oleh koalisi partai lain yang masih bimbang menentukan jagoan. []