'Brotherhood of Unholy Alliance!' RR Kritik Keras Alasan Kemenkeu Tak Usut Rafael Alun Sejak 2020

'Brotherhood of Unholy Alliance!' RR Kritik Keras Alasan Kemenkeu Tak Usut Rafael Alun Sejak 2020

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO  - Pegiat media sosial Rizal Ramli memberikan kritian keras terkait sikap Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam menangani kasus Rafael Alun Trisambodo. Ini setelah Kemenkeu mengaku kesulitan mendapatkan bukti pelanggaran Rafael Alun, meski sosoknya telah masuk ke dalam daftar merah sejak 2020 silam.

Melalui akun Twitternya, Rizal Ramli mengomentari sebuah pemberitaan mengenai alasan Kemenkeu tak usut Rafael Alun di masa lalu. Padahal, bapak Mario Dandy itu sudah masuk ke dalam daftar profil penjabat high risk alias risiko merah.

Irjen Kemenkeu Awan Nurmawan Nuh menjelaskan, pihaknya tidak bisa mengusut Rafael Alun karena pihaknya tidak menemukan bukti pelanggaran. Sampai akhirnya, Kemenkeu bisa bertindak setelah terpicu oleh aksi Mario Dandy yang melakukan penganiayaan dan pamer harta.

Dari sanalah, Kemenkeu kemudian mulai bergerak dan mengusut kekayaan Rafal Alun yang dinilai tidak wajar. Hal itu disampaikan Awan dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI pada Senin (27/3/2023) lalu.


Mendengar alasan itu, Rizal Ramli pun langsung melontarkan kritikan pedas. Ia menilai bahwa semalam ini Kemenkeu selalu bersekutu di dalam kegelapan dalam menangani pegawainya yang bermasalah.

"Luar biasa ‘Brotherhood of Unholy Alliance’! Bersekutu di dalam kegelapan. Pantas rusak, tak ulangi lagi: Bersihkan meja harus dengan lap bersih," kritik Rizal Ramli sambil menandai akun Presiden Jokowi, seperti dikutip Suara.com, Rabu (29/3/2023).



Kritikan yang datang dari menteri era Gus Dur ini pun mendapatkan atensi besar dari warganet. Hingga berita ini dipublikasikan, cuitan itu telah di-retweet lebih dari 400 kali dan mendapatkan ratusan tanda suka.


Warganet juga memberikan beragam pendapat mengenai kritikan Rizal Ramli di kolom komentar. Tak sedikit yang menyetujui kritian Rizal Ramli dan turut mengkritisi kinerja Kemenkeu, bahkan hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Kalau kita lihat di sini, kasus demi kasus selalu bisa terbungkam. Di sinilah kita membutuhkan pemimpin yang berintegritas, jujur dan berakhlak, agar setia teladannya dapat dijadikan panutan dan disegani bawahannya. Sayang kita baru bisa mencari pemimpin yang mempesona saja," komentar warganet.


"Padahal di rumah sendiri. Seperti kita punya rumah ada yang rusak, bocor atau apapun bisa kita cari, terkecuali jika hal tersebut dibiarin, mau hancur, bocor, rusak masa bodo, inilah yang terjadi," sentil warganet.

"Boroknya udah menjalar kemana-mana, saling bantu membahu jika yang lain ketimpa kasus. Sejak KPK dilemahkan jadi gini nih, adanya korup di segala sektor, rampok berjamaah, tapi minim tindakan. Udah kehilangan marwah sih ini KPK kalau gak netral," tambah yang lain.

"Ketika sebuah negara dipimpin oleh pemimpin yang tidak punya skill memimpin dan hal ini disadari oleh para pejabat, maka dengan kedipan mata mereka akan bahu membahu menggasak uang negara sebanyak-banyaknya, karena mereka sadar betul pemimpinnya lemah," tulis warganet.


"Sesama tikus amanlah. Kalau sesama maling harus saling tutup menutupi, karena kalau dibuka ntar dirinya yang sebagai maling juga semakin kebuka kepermukaan," sindir warganet.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita