GELORA.CO - Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) baru dideklarasikan pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2021 lalu.
Meski seumur jagung, mereka dinyatakan lolos verifikasi dokumen di Komisi Pemilihan Umum atau KPU sebagai peserta Pemilu 2024.
Bahkan proses verifikasi yang dilalui PKN sanggup menyalip Partai Ummat yang dinakhodai tokoh reformasi 1998, Muhammad Amien Rais.
Senin (6/2) sore, pemimpin redaksi Warta Kota Domu D Ambarita berkesempatan mewawancarai Sekretaris Jenderal /Sekjen PKN Sri Mulyono.
Pertemuan berlangsung hangat di kantor PKN kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.
Kepada Warta Kota, Sri Mulyono mengungkapkan berbagai strategi yang dilakukan PKN agar lolos verifikasi KPU.
Selain itu, Sri Mulyono--mantan politisi Partai Demokrat--ini memperkenalkan seputar PKN kepada publik termasuk bagaimana kondisi terkini mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Berikut hasil wawancara eksklusif Warta Kota bersama Sekjen PKN Sri Mulyono yang dibagi menjadi dua seri:
PKN lolos verifikasi lebih awal dibanding Partai Ummat yang dipimpin Muhammad Amien Rais sebagai Ketua Majelis Syuro Partai Ummat. Apa hebatnya PKN bisa langsung lolos dalam verifikasi di KPU?
Memang tanggal 28 Oktober 2021 kami baru deklarasi PKN tetapi sebenarnya embrio PKN ini sudah lama ada.
Ketika mas Anas (Urbaningrum, mantan Ketum Partai Demokrat--red) membuat Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), kami sudah ada di 30 provinsi dan banyak di kota dan kabupaten.
Kami memilih tanggal 28 Oktober untuk deklarasi karena saya baca bukunya Mas Anas yang judulnya "Janji Kebangsaan Kita".
Di situ beliau mengatakan bahwa 28 Oktober 1928 itu adalah puncak nasionalisme bangsa Indonesia, di mana sebelumnya selama ratusan tahun bangsa Indonesia ini tidak berdaya melawan kolonialisme.
Tapi setelah ada kebangkitan nasionalisme tanggal 28 Oktober 1928, itu kita hanya perlu 17 tahun untuk merdeka.
Jadi momentum kebangkitan nasionalisme pada tanggal 28 Oktober yang kami ambil.
Partai ini berdiri dari hasil diskusi panjang kami dengan Pak Gede Pasek Suardika (Ketua Umum PKN), Pak Anas, Pak Mirwan Amir dan teman-teman yang lain.
Ketika kami sudah mengalami semacam keputusasaan atau frustrasi karena kondisi kepartaian yang dikuasai oleh oligarki.
Ini kami umpamakan seperti zaman kolonialisme, di mana yang berkuasa adalah oligarki.
Jadi untuk mendobrak itu semua, harus ada kebangkitan seperti "Sumpah Pemuda" sehingga ada kebangkitan dari pemuda-pemuda anak Bangsa untuk mencari solusi bagaimana supaya politik ini kembali cerdas, demokratis, dan berkeadilan untuk rakyat.
Pemilihan nama PKN apakah ada kaitan dengan nama Ibu Kota Negara (IKN), ingin menunjukkan identitas sebagai partai yang plural?
Kalau dikaitkan (dengan IKN) boleh saja, tidak masalah tetapi sebenarnya kami berangkat dari Indonesia yang plural.
Kami juga punya pemikiran bahwa dulu Indonesia atau Nusantara ini sangat adidaya, pada zaman (kerajaan) Sriwijaya pada abad ketujuh, Nusantara ini sudah hebat karena memiliki kemampuan maritim yang luar biasa. Kemudian dilanjutkan (era kerajaan) Majapahit yang punya kemampuan maritim tingkat internasional.
Nah seni dan tata negara kita pada saat itu sudah sangat maju. Kita sudah menjadi bangsa yang superior pada saat itu.
Jadi DNA Majapahit, DNA Sriwijaya, dan DNA Nusantara yang superior itu ingin kami ambil lagi, ketika bangsa ini tidak jelas arahnya mau ke mana sementara kita punya DNA yang hebat.
DNA unggul itu kami aplikasikan dalam konteks kekinian dan masa depan.
Terkait pernyataan partai oligarki, bisa Anda sebutkan berapa parpol yang sekarang oligarki dan apa tanda-tandanya termasuk buruknya bagi masyarakat dan demokrasi?
Janganlah disebut (parpol). Jadi oligarki itu terlihat dari kebijakan-kebijakan yang dihasilkan.
Dari kondisi sosial-ekonomi yang ada sekarang ini, misalnya Pak Jusuf Kalla (mantan Wapres RI) sudah pernah bilang satu persen orang Indonesia menguasai 90 persen perekonomian Indonesia.
Nah satu persen inilah yang mengendalikan kebijakan-kebijakan yang mengendalikan pemerintahan, dan semuanya. Kami melihat bagaimana harga-harga (kebutuhan pokok) selalu naik.
Saat ini kita mengalami kelangkaan minyak goreng.
Indonesia yang penuh dengan kelapa sawit, bisa langka minyak goreng, di mana itu logikanya?
Seharusnya bangsa Indonesia ini membangun lebih banyak kereta api, karena selain efektif dan efisien juga mudah mengangkut ribuan orang dengan biaya yang murah.
Kenapa justru membangun tol, ini ada apa dibalik tol ini?
Lalu setiap membangun tol, jalanan penuh dengan mobil.
Nah ini mobil siapa? Kalau membangun tol itu industri mobil semakin laku, nah siapa yang punya industri mobil ini? Siapa yang diuntungkan dengan pembangunan tol ini?
PKN dideklarasikan bertepatan pada peringatan Hari Sumpah Pemuda? Apakah itu artinya partai ini akan fokus memperjuangkan kaum muda?
Ya tentu karena kaum muda ini harapan dan masa depan bangsa.
Kami mengambil momentum Sumpah Pemuda sebagai spirit, salah satunya karena melihat juga bagaimana polarisasi yang begitu sangat kuat ketika tahun-tahun politik ini mulai berjalan.
Makanya semangat keberagaman, persatuan, kebangkitan pemuda ini perlu kami angkat dan perjuangkan lagi supaya para pemuda memiliki kesadaran bahwa persatuan itu penting, bahwa satu bahasa itu penting, bahwa satu perjuangan itu penting dalam membangun negara Indonesia.
Jadi memang kami akan konsentrasi di pemuda, kenapa?
Karena pemuda yang disebutkan tadi itu paling banyak yang swing voters (istilah untuk pemilih rasional yang dapat berubah pilihan sesuai gagasan tertentu).
Mereka itu selama ini memimpikan sebuah partai yang bisa mengapresiasi kepentingan dan kebutuhan mereka.
Namun sampai saat ini mereka belum menemukan partai yang betul-betul mengambil, menampung dan mewujudkan aspirasi mereka.
Makanya mereka itu swing, mengecek partai ini bukan, dan partai ini juga bukan. Nah kali ini PKN ingin mempersembahkan hal yang dicari pemuda.
Kami sudah menyiapkan beberapa program kreatif.
Harapannya supaya tidak sekadar janji-janji, tidak asal ngomong supaya mereka tidak kecewa nantinya.
Sumber: Wartakota