GELORA.CO - Ustaz Abdul Somad ikut angkat bicara soal tuduhan wahabi Ustaz Hanan Attaki.
Tuduhan yang diduga memicu Banser NU melakukan pembubaran pengajian Ustaz Hanan Attaki di Masjid Al-Muttaqien, Desa Laden, Kecamatan Pamekasan, Madura pada Minggu (12/2/2023).
Lewat status twitternya @UAS_AbdulSomad; pada Minggu (20/2/2023), Ustaz Abdul Somad tak menghakimi pihak-pihak yang menyebut Ustaz Hanan Attaki sebagai seorang wahabi.
Dalam postingannya, Ustaz Abdul Somad menjabarkan profil Ustaz Hanan Attaki, mulai dari latar belakang pendidikan hingga asal usul keluarga sahabatnya.
"Persamaan antara kami. Sama-sama dari Sumatera. Beliau dari Aceh, aku dari Riau. Sama-sama Ahlussunnah wal Jama'ah, manhaj Imam Abu al-Hasan al-'Asy'ari," tulis Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad pun mengungkapkan dirinya dan Ustaz Hanan Attaki sama-sama lulusan Al-Azhar Mesir.
Mereka sama-sama belajar Fiqh Mazhab dan menerapkan Mazhab Syafi'i.
"Dalam Akhlaq, kami mengikuti para ulama yang mengkhususkan diri dalam Akhlaq Islamy, yang disusun sistematis oleh Imam Abu Hamid al-Ghazaly," ungkapnya.
"Aku lebih tua dari beliau, aku juga datang lebih dulu ke Mesir. Aku ke Mesir tahun 1998, beliau tahun 2000. Tapi aku tetap menganggap beliau dan orang Aceh sebagai saudara tua," ujarnya.
Aku & Ust Hanan Attaki.
— Ustadz Abdul Somad (@UAS_AbdulSomad) February 20, 2023
Kata orang, aku bicara meledak meletup. Ust Hanan Attaki lembut, menyejukkan. Beliau datang ke Pekanbaru, jamaah yang hadir anak-anak muda semua. Kalau aku, jamaah orang-orang tua. Tapi, ada juga beberapa persamaan antara kami. pic.twitter.com/uWMEjII55p
Berikut Postingan lengkap Ustaz Abdul Somad:
Aku & Ust Hanan Attaki.
Kata orang, aku bicara meledak meletup. Ust Hanan Attaki lembut, menyejukkan.
Beliau datang ke Pekanbaru, jamaah yang hadir anak-anak muda semua. Kalau aku, jamaah orang-orang tua.
Tapi, ada juga beberapa persamaan antara kami. Sama-sama dari Sumatera. Beliau dari Aceh, aku dari Riau.
Sama-sama Ahlussunnah wal Jama'ah, manhaj Imam Abu al-Hasan al-'Asy'ari. Sama-sama ngaji sifat 20. Di Mu'allimin al-Washliyah aku belajar al-Hushun al-Hamidiyyah dan ad-Dasuqi 'ala Umm al-Barahin.
Di Ruhul Islam Aceh beliau belajar 'Aqidatul-'Awwam, Kifayat al-'Awwam dan seterusnya.
Kami sama-sama di al-Azhar Mesir.
"Siapakah al-Azhary?", tanya Syaikh Ali Jum'ah. Beliau sendiri menjawab: "Azhary adalah:
- Aqidahnya Asy'ari atau al-Maturidi.
- Fiqhnya bermazhab: Imam Hanafi, Maliki, Syafi'i atau Hanbali.
- Akhlaqnya Tasauf Sunni mengikut manhaj Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Abu Hamid al-Ghazali".
Demikian al-Azhar mendidik kami.
Kami sama-sama belajar Fiqh Mazhab.
Tapi dalam pengamalan kami mengamalkan mazhab Syafi'i.
Dalam Akhlaq, kami mengikuti para ulama yang mengkhususkan diri dalam Akhlaq Islamy, yang disusun sistematis oleh Imam Abu Hamid al-Ghazaly.
Aku lebih tua dari beliau, aku juga datang lebih dulu ke Mesir.
Aku ke Mesir tahun 1998, beliau tahun 2000. Tapi aku tetap menganggap beliau dan orang Aceh sebagai saudara tua.
Mengapa? Aceh Serambi Mekah. Nenek moyang mereka lebih dulu Islam. Kulihat tertulis tahun 1297m di batu nisan Sultan Malikul Saleh Raja Aceh.
Mungkin saat itu nenek moyangku masih menyembah kayu, batu atau bahkan hantu.
Sedangkan kesultanan Islam tempatku lahir adalah Kesultanan Asahan baru berdiri tahun 1630m. Sebagai perbandingan, Kesultanan Demak tahun 1475m. Sunan Ampel wafat 1481m.
Bahkan Dinasty Ottoman Turki pun baru didirikan Othman Ghazi tahun 1299m. Nenek Moyangku bangsa Melayu yang katanya hebat bersyair, ternyata syair tertua diabadikan Hamzah al-Fansuri (wafat 1590m) dalam Asrar al-'Arifin dan Syurb al-'Asyiqin.
Orang Melayu berhutang budi pada Syaikh Abdurra'uf as-Singkili (wafat 1693m) orang pertama yang menterjemahkan al-Qur'an dalam bahasa Melayu dalam Tarjuman al-Mustafid.
Ibu saya menyimpan Perukunan Melayu yang berisikan Fiqh Islam saripati dari Sabilal-Muhtadin yang merupakan Syarh kitab Shirath al-Mustaqim karya mufti Aceh Syaikh Nuruddin ar-Raniri (wafat 1658m).
Sampai hari ini tanah Aceh yang subur dengan tanaman Islam masih mengeluarkan buah para ulama, benteng Ahlussunnah wal Jamaah.
Di antara mereka yang bersinar terang menerangi qalbu para pemuda adalah Ustadz Hanan Attaki.
Barakallahu fikum Sya'b Aceh.
Renungan menunggu pesawat dari Istanbul ke Dubai. Petang Ahad, 19 Februari 2023.
Klarifikasi Hanan Attaki Soal Banser NU Pamekasan Usir Pengajian Hingga Tuduhan Wahabi
Ustaz Hanan Attaki angkat bicara soal Banser NU Pamekasan yang melakukan pengusiran pengajian serta tuduhan wahabi,.
Hanan Attaki membantah semua tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Dirinya beralasan, walaupun bukan merupakan pengurus Nahdlatul Ulama (NU), dirinya tumbuh besar di lingkungan yang kental dengan Nahdlatul Ulama.
Hal tersebut disampaikan Ustaz Hanan Attaki lewat Channel YouTube miliknya @hananattaki pada Kamis (16/2/2023).
"Tuduhan yang lain adalah saya dikatakan gembong wahabi, saya tumbuh dan besar dalam lingkungan kultur, kalau di Aceh itu istilahnya Salafiyah, Salafiyah itu kalau di Jawa itu namanya NU-Aswaja, orang Aceh nyebutnya Salafiyah," jelas Ustaz Hanan Attaki.
"Saya menikah dengan perempuan, (lukusan) Al Azhar juga dari Tuban, Jawa Timur, keluarga Kiyai," tambahnya.
Bahkan, lanjutnya, Keluarga Besar Ustaz Hanan Attaki, Haneen Akira merupakan para ulama NU.
Kakek buyut istri Ustaz Hanan Attaki, yakni Kiyai Husein diungkapkannya merupakan pendiri NU Cabang Tuban.
Beliau katanya memiliki Pondok Pesantren Tahfidz Al Quran pertama di Tuban bernama Pondok Pesantren Manbail Fakhriyah Alchusainiyah.
Pondok pesantren itu masih berdiri hingga saat ini di Jalan Raya Jenu Nomor 107 Tuban, Jawa Timur.
"Keluarga besar saya di Tuban itu keluarga Kiyai semua, Kiyai NU tulen. Bahkan, kakek buyut istri saya itu pendiri organisasi NU Cabang Tuban pada masanya, pertama kali ada NU di Tuban itu salah satu pendirinya adalah kakek buyut istri saya, beliau adalah Kiyai Husein," ungkap Ustaz Hanan Attaki.
"Kita nyebutnya Mbah Husein ya yang punya Pondok Pesantren pertama juga untuk Tahfidz Al Quran pertama di Tuban, namanya Pondok Pesantren Manbail Fakhriyah Alchusainiyah (Jalan Raya Jenu Nomor 107 Tuban, Jawa Timur), itu adalah kakek buyutnya istri saya," jelasnya.
Tak hanya itu, Hanan Attaki juga menjelaskan Mertuanya merupakan pengurus Masjid NU, yakni Masjid Maulana Asmorokondi Palang Tuban, Jawa Timur.
Oleh karena itu, dalam sejumlah kegiatan, dirinya ikut serta dalam acara yang digelar NU.
Di antaranya, mengisi ceramah dalam Maulid Nabi Muhammad di Kawasan Palang dan Asmorokondi Tuban serta sedekah laut.
"Mertua saya, pengurus mesjid Maulana Asmorokondi Palang Tuban, itu juga mesjid NU, dan saya berapa kali mengisi di kawasan Palang Tuban, kawasan Asmorokondi, termasuk acara Sedekah Laut, saya ceramah di sana dalam rangka Maulidan, Sedekah Laut memberikan motivasi kepada anak-anak muda di sana," ungkap Ustaz Hanan Attaki.
Selanjutnya, Ustaz Hanan Attaki mengaku menjadi penggagas dalam pendirian sekolah NU terbesar di Tuban, yakni Bina Anak Saleh.
Ketika itu, dirinya diamanatkan menjadi Kepala Sekolah oleh mantan Bupati Tuban periode 2011-2016, yakni KH Fathul Huda.
"Ikut mendirikan-mengkonsep sekolah dengan warna NU tulen di Tuban, rupanya sekarang menjadi sekolah terbesar di Tuban, namanya Bina Anak Saleh yang punyanya adalah mantan Bupati Tuban, yaitu Pak Fuda, saya kenal dekat dengan beliau, saya dulu awal sekolah itu berdiri saya ikut mengkonsep dari awal, saya jadi Kepala Sekolahnya dan itu sekolah NU," ungkap Ustaz Hanan Attaki.
"Jadi walaupun saya bukan NU struktural, tapi saya tumbuh dengan keluarga besar NU, saya punya sahabat Muhammadiyah, punya keluarga sebagian Muhammadiyah, sahabat persis, saya berteman dengan siapapun, bahkan saya punya beberapa sahabat yang non muslim juga, kita diskusi biasa, saling menghargai," jelasnya.
Ustaz Hanan Attaki Maafkan Pihak yang Menyebutnya Murtad
Sosok Ustaz Hanan Attaki kini tengah disoroti masyarakat pasca viralnya video penolakan ketika dirinya menghadiri pengajian di Masjid Al-Muttaqien, Desa Laden, Kecamatan Pamekasan, Madura pada Minggu (12/2/2023).
Ketika itu, Ketua PC GP Ansor Pamekasan, Maltuful Anam bersama Banser NU Pamekasan membubarkan pengajian yang dihadiri oleh Ustaz Hanan Attaki.
Dirinya beralasan kehadiran Ustaz Hanan Attaki dapat mempengaruhi umat Islam di Pamekasan.
"Kita telah menunjukkan saat ini bahwasanya kita tidak pernah berada di pihak yang salah, kita selalu berada di pihak yang selalu menjaga kesatuan dan menjaga kerukunan, menjaga persatuan, terutama antar umat Islam, karena sesama umat Islam kita bersaudara," paparnya usai melakukan pembubaran.
"Akan tetapi ini kita anggap, seseorang ini kita anggap sebagai benalu di dalam tubuh kita, mengapa? Karena jika kita biarkan dan tentu banyak yang mengikuti dan kita tidak mendudukan bahwasanya yang dikatakan ustaz itu salah, maka kita yang akan bertanggung jawab," jelasnya.
Penolakan yang dilakukan ribuan anggota Banser NU Pamekasan itu pun menuai beragam komentar.
Dalam narasi yang beredar, penolakan terhadap Ustaz Hanan Attaki dipicu beberapa permasalahan.
Satu di antaranya adalah ketika Ustaz Hanan Attaki salah memilih diksi hingga menyebut 'Musa adalah preman para nabi' dalam ceramahnya pada tahun 2019.
Ketika itu, dirinya bahkan dicap sebagai seorang murtad, yakni meninggalkan atau keluar dari agama Islam dan memeluk agama lain.
Alasannya karena kajian yang disampaikan Ustaz Hanan Attaki dinilai telah melenceng dari ajaran Islam.
Satu di antaranya adalah ketika Ustaz Hanan Attaki salah memilih diksi hingga menyebut 'Musa adalah preman para nabi' dalam ceramahnya pada tahun 2019.
Atas hal tersebut, dirinya menyampaikan Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza yang berarti semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan kebaikan yang banyak dan semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik.
Selain itu, dirinya beristigfar atas kekeliruan dan kesalahan yang terjadi.
"Untuk itu saya mengucapkan Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza kepada temen-temen semuanya dan Astaghfirullahaladzim atas kesalahan ini, mohon maaf atas kesalahpahaman ini," jelasnya.
Dirinya berharap kesalahanpahaman tersebut tidak melebar, termasuk tuduhan dirinya telah murtad.
"Mohon maaf atas kesalahpahaman ini dan mudah-mudahan ini tidak melebar ke mana-mana, sampai ada yang menuduh bahwa ini salah satu saya sudah murtad dalam agama, Naudzubillah min dzalik," ungkap Ustaz Hanan Attaki.
"Karena memang murtad itu bukan sesuatu yang mudah untuk menuduhkan kepada orang lain, ada banyak sekali syarat-syarat yang harus kita perhatikan, harus kita lengkapi untuk bisa mengatakan seseorang murtad," paparnya.
Terkait hal tersebut, dirinya berdoa kepada Allah SWT dapat memaafkan semua kekeliruan yang diperbuatnya ataupun semua pihak yang menuduhnya murtad.
Dirinya berharap peristiwa yang terjadi dapat menjadi pelajaran bagi sseluruh pihak.
"Mudah-mudahan Allah memaafkan semua kekeliruan kita, baik saya, baik temen-temen yang mungkin emosional karena saking semangatnya membela para nabi dan kita semuanya mencintai para nabi dan kita semuanya mencintai para anbiya," jelas Ustaz Hanan Attaki.
"Saya pikir ini adalah kesalahpahaman, kesalahan saya adalah memilih diksi dan mungkin, mudah-mudahan ini bisa jadi pembelajaran buat kita semuanya, saya maafin buat temen-temen dengan tuduhan-tuduhan, mungkin tidak lagi kontekstual, tapi Insya Allah ini menjadi kebaikan," jelasnya di akhir tayangan.
Pengajian Tetap Berlangsung
Berbeda dengan pernyataan Maltuful Anam, sebuah video yang merekam momen di area dalam Masjid Al-Muttaqien tersebar luas di media sosial.
Dalam video yang diunggah Hisyam Mochtar lewat akun twitter @HisyamMochtar itu terlihat suasana pengajian yang dihadiri Ustaz Hanan Attaki sangat meriah.
Salawat Nabi Muhammad terdengar dikumandangkan ratusan jemaah yang memadati seluruh area masjid.
"Acara pengajiannya akhirnya tetap jalan dengan pengamanan ketat laskar Sakerah Madura. Sebenarnya mereka itu cuma gede bacot doang...," tulis Hisyam Mochtar.
Acara pengajiannya akhirnya tetap jalan dengan pengamanan ketat laskar Sakerah Madura. Sebenarnya mereka itu cuma gede bacot doang... pic.twitter.com/5xTl7DLot5
— Hisyam Mochtar (@HisyamMochtar) February 16, 2023