GELORA.CO - Seorang veteran satuan elite Angkatan Laut AS dituduh membunuh warga sipil Irak secara acak, menikam hingga mati seorang tahanan remaja dan hampir selusin kejahatan perang lain.
Terdakwa, Edward Gallagher, akan mengaku tidak bersalah pada sidang yang berlangsung di pangkalan angkatan laut San Diego, kata pengacaranya pada 2019 silam.
Jaksa penuntut mengatakan penembak jitu dan petugas medis yang sosoknya bagai pahlawan karena memperoleh berbagai medali kehormatan itu telah membunuh sejumlah orang tak bersalah saat menjalani penugasan kedelapan.
Kepala Operasi Khusus Angkatan Laut yang berdinas selama 19 tahun itu terancam hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah. Demikian dilansir dari BBC, Rabu (15/2/2023).
Para penyelidik militer menuduh Gallagher melakukan sejumlah kejahatan itu ketika berada di Mosul dari Februari hingga September 2017, termasuk pembunuhan yang direncanakan terhadap seorang petempur kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS yang terluka, yang umurnya baru sekitar 15 tahun.
Ia sempat ditahan secara khusus menjelang persidangan, setelah jaksa menuduhnya telah menghubungi para saksi.
Istrinya, Andrea Gallagher, menyebut persidangan itu "sebuah kekejaman terhadap seorang pejuang Amerika" dan meminta Presiden Donald Trump untuk turun tangan.
Dia, dan beberapa pendukung lainnya mengenakan kemeja 'Bebaskan Eddie', menyemangati veteran perang itu ketika tiba di gedung pengadilan dengan tangan borgol.
Aaron Kahn, yang mengaku sebagai sahabat terdakwa, mengatakan bahwa 'Eddie telah dicemarkan dan dimunculkan sebagai sosok manusia yang tidak baik".
Dia menambahkan bahwa perjuangan dan baktinya untuk negara "tidak dianggap dan tidak dihargai oleh publik dan pemerintah Amerika."
Tuduhan kepada Gallagher
Menurut dakwaan itu, Gallagher diduga menikam seorang remaja petarung ISIS yang terluka akibat serangan udara pada Mei 2017.
Menurut jaksa penuntut, tahanan itu terluka dan sedang dirawat oleh para petugas medis dari pleton Navy Seal yang dikomandoi Gallagher. Tanpa diduga dan tanpa peringatan, Gallaher menyerang bocah itu dengan menggunakan pisau buatan sendiri.
Dia kemudian berfoto sambil berpose dengan mayat itu dan mengucapkan sumpah pelantikan Angkatan Laut, kata jaksa penuntut.
Pengacara Gallagher mengatakan, bocah itu tewas bukan karena Gallagher tapi karena luka-luka akibat serangan udara itu. Dia juga mengatakan bahwa kliennya dituduh secara keliru oleh Navi Seals yang ingin menyingkirkan Gallagher yang sikapnya sangat menuntut dari posisinya sekarang sebagai seorang komandan.
Agen Khusus Dinas Investigasi Kriminal Angkatan Laut Joe Warpinski mengatakan kepada Associated Press bahwa ia telah mewawancarai sembilan anggota Seal Team 7, yang mengatakan bahwa Gallagher diketahui menembak membabi-buta ke kerumunan warga sipil Irak, dan menembak dan membunuh seorang lelaki tua dan seorang bocah perempuan dari sebuah pos penembak jitu.
Pada sidang pada bulan November 2019, jaksa penuntut mengatakan orang-orang di bawah komando Gallagher menganggapnya begitu ngawur dan haus darah sehingga mereka merusak senapan tembak jitunya agar menjadi kurang akurat, dan mereka bisa pula melepaskan tembakan peringatan agar warga sipil pergi dari suatu daerah untuk melindungi mereka dari Gallagher.
Jaksa penuntut Angkatan Laut, Chris Czaplak mengatakan, Gallagher telah memilih "untuk bertindak seperti monster sebagaimana yang dituduhkan teroris terhadap kita".
"Dia telah memberi hadiah surgawi untuk propaganda ISIS. Bahwa tindakannya adalah persis sebagaimana citra yang digambarkan ISIS tentang kita," kata Czaplak.
Sumber: okezone