Pertanda Langit Menjelang Gempa Turki Ini Pernah Muncul di Indonesia!

Pertanda Langit Menjelang Gempa Turki Ini Pernah Muncul di Indonesia!

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Gempa di Turki ternyata sudah diramalkan akan terjadi, tepatnya oleh seorang peneliti asal Belanda.

Seorang peneliti asal Belanda bernama Frank Hoogerbeets dari Survey of Solar System Morphology (SSGEOS) yang berbasis di Belanda.

Dia mengatakan, "Cepat atau lambat, akan ada gempa bumi yang kuat. Kira-kira berkekuatan 7,5 M di South-Central Turkey, Jordan, Syria, Libanon)."

Prediksi Hoogerbeets diposting tepat tiga hari sebelum bencana melanda Turki dan menghantam negara tetangga Suriah dengan keras.

Pasca gempa dini hari tanggal 6 Februari, Turki terus mengalami puluhan gempa susulan dari ringan hingga kuat.

Selain itu sebelum gempa terjadi biasanya ada tanda kilatan muncul.

Hal ini kemudian dihubungkan dengan beberapa teori konspirasi bahwa kilatan tersebut disebabkan oleh HAARP.

Atau High Frequency Active Auroral Research (HAARP), dituding sebagai operasi pembalasan oleh NATO terhadap Turki.

Namun faktanya kilatan misterius yang muncul sebelum gempa besar terjadi itu adalah fenomena yang lumrah.

Bahkan pernah terjadi di Indonesia, ketika gempa Banten 8 Februari 2019 lalu, berkekuatan 7,4 M. 

Kilatan cahaya itu disebabkan oleh sifat listrik batuan tertentu, seperti batuan basal dan gabbrol yang memiliki cacat kecil dalam kristal mereka.

Saat gelombang seismik menyerang, muatan listrik di bebatuan tersebut mungkin dilepaskan dan menimbulkan cahaya aneh.

"Saat alam menekankan bebatuan tertentu, muatan listrik diaktifkan, seolah-olah ada baterai di kerak Bumi yang menyala," ujar Friedemann Freund seorang profesor fisika dari San Jose State University dalam wawancara dengan National Geographic, Juli 2014.

Menurut Freund yang juga seorang peneliti senior di NASA Ames Research Center, kilatan cahaya sebelum gempa ini juga dijuluki petir gempa.

Saat petir gempa terbentuk, ia memiliki bentuk dan warna yang berbeda.

Umumnya petir gempa berwarna kebiruan yang tampak keluar dari tanah kemudian melayang di udara selama puluhan detik hingga hitungan menit dan kilatannya bisa merentang sampai 200 meter.

Namun, kilatan cahaya sebelum gempa ini relatif jarang.

Sementara itu sumber lain mengatakan, kilatan tersebut dikenal dengan sebutan eartquake light atau EQL.

Hoogerbeets telah mengungkapkan kesedihannya setelah ramalannya menjadi kenyataan.

"Hati saya bersama mereka yang terkena dampak gempa besar di Turki Tengah," tulis Hoogerbeets.

Setelah lebih dari 24 jam, jumlah orang yang tewas akibat gempa bumi di Turki dan Suriah telah mencapai lebih dari 7.800 orang menurut data terbaru.

 Di Turki, setidaknya lebih dari 3.381 orang telah dipastikan tewas. Di Suriah, jumlahnya lebih dari 1.444.

Namun, WHO memperingatkan bahwa jumlah korban tewas bisa meningkat berkali-kali lipat, mencapai 20.000 karena penyelamat menemukan lebih banyak korban dari puing-puing. 

Sumber: grid.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita