Nyaris Tewas di Gunung Everest Kehabisan Logistik, Danjen Kopassus: Saya Makan Muntah!

Nyaris Tewas di Gunung Everest Kehabisan Logistik, Danjen Kopassus: Saya Makan Muntah!

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Danjen Kopassus Mayjen TNI Iwan Setiawan bersama beberapa anggota Kopassus, Mapala UI dan Wanadari yang tergabung dalam Ekspedisi Kopassus-Indonesia Everest 1997 berhasil menaklukkan gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest, Nepal.

Saat itu dirinya masih menjadi anak buah Prabowo Subianto yang kala itu menjabat sebagai Danjen Kopassus.

Iwan menceritakan pengalamannya selama mendaki Gunung Everest. Ketika itu, Iwan dan beberapa pasukan Kopassus lainnya terpilih dalam seleksi dan ditugaskan untuk mendaki Gunung Everest.

Sebelumnya, Iwan tak pernah memiliki pengalaman mendaki gunung sekali pun. Dia bahkan tidak mengetahui apa itu Gunung Everest.

Pelatihan terlebih dulu dulu dilakukan selama tiga bulan di tiga lokasi berbeda yaitu, Cijantung, Gunung Gede, dan Pangrango.

“Latihan dingin di Gunung Gede. Tidur di atas dan bagun jam 4 kemudian lari dari Gunung Gede ke Pangrango setiap hari. Namun dibandingkan dengan everest tidak ada apa apanya,” kata Iwan melansir podcast Deddy Corbuzier, Kamis (2/2/2023).

Iwan juga bercerita bahwa ada seorang pendaki sipil yang menyarankan untuk berlatih di Gunung Jaya Wijaya karena memiliki potensi dingin yang relevan dengan Gunung Everest. Namun, Prabowo tidak memberikan izin sebab sedang terjadi penyanderaan kala itu di Mapenduma.

“Dulu memang saran dari pendaki sipil, katanya ‘Pak latihan di Jaya Wijaya’. Tetapi Prabowo tidak memberikan izin karena waktu itu ada penyanderaan,” ujarnya.

Setelah masa pelatihan selama tiga bulan selesai, Iwan dan tim berangkat ke Nepal untuk berlatih lagi di dua gunung bersalju, yakni Gunung Paldor dan Gunung Island Peak.

Namun sebelum berangkat, Iwan mengaku sempat meminta izin kepada Prabowo untuk menikahi kekasihnya terlebih dahulu.

“Sebelum berangkat, saya lapor dulu sama Pak Prabowo izin menikah dulu karena kemungkinan saya tidak pulang,” jelas Iwan.

Iwan bersama rekan-rekannya berangkat pada tanggal 18 Desember ke Nepal. “Selang dua hari, kita harus latihan di Gunung Paldor,” jelas Iwan melanjutkan kisahnya.

Saat itu mereka di drop di suatu ketinggian dengan Iwan sebagai pendaki dengan usia tertua. Namun, ketika baru saja tiba, dirinya mengaku langsung muntah-muntah dan tidak bisa melanjutkan pendakian.

“Perbedaan dingin dari Indonesia langsung ke gunung itu, saya tidak bisa dan langsung tumbang,” tuturnya.

Pelatih yang mendampingi saat itu memberikan dua opsi kepadanya untuk tinggal di sana selama dua hari baru setelahnya menyusul, atau pulang. Tapi Iwan tidak mau pulang. Ia bertahan selama lima hari dengan berbagai perbekalan yang dimiliki hingga akhirnya kembali melanjutkan pendakian.

“Saya di situ merenung, sedih, malu. Masa pulang? Saya Perwira satu-satunya akademi militer yang diharapkan untuk memimpin pendakian Everest, masa saya gagal dalam tugas?” Kata Iwan.

Berkat tekad dan kegigihannya, dia berhasil menyusul anggota lain yang sudah lebih dulu sampai. Ia mengaku, setelahnya tidak pernah lagi terserang sakit.

“Bagaimanapun kita harus bisa. Jangan mempermalukan diri kita, jangan mempermalukan institusi kita, jangan mempermalukan perwira. Lebih baik mati daripada saya tidak bisa lanjut,”tuturnya.

Setelah latihan di dua gunung Nepal tersebut, mereka dibagi menjadi dua tim. Satu tim dipimpin oleh Lettu Iwan Setiawan dari Nepal sebagai pemimpin terkuat, dan satu tim lagi dipimpin oleh rekannya.

Pendakian ke Gunung Everest pun dilanjutkan. Iwan bercerita sejak tiba di kamp 4 sampai puncak Everest, mereka sudah kehabisan makanan. Dia bahkan terpaksa memakan muntahnya sendiri.

“Pada saat di kamp 4 kita sudah kehabisan makanan. makanya tiga hari itu saya tidak makan, hanya makan muntah saja,” kata Iwan dalam tayangan tersebut.

Mereka tiba satu jam lebih diluar estimasi waktu. Dimana dalam aturan jika pukul 14.00 mereka belum sampai, besar peluang mereka tidak selamat.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Iwan bersama dengan timnya berhasil tiba di puncak gunung tertinggi di dunia itu pada pukul 15.20, di ketinggian 8.500 kaki dengan suhu di -50 derajat celcius.

“Belum pernah ada orang hidup di ketinggian 8.500 dengan -50 derajat. Tanpa oksigen, sleeping bag, dan matras,” ujarnya bangga.

Iwan juga menyebutkan bahwa sebelum berangkat, dirinya dibekali oleh ucapan Prabowo yang saat itu berkata, “Jangan sekali-kali terbesit di benak kita untuk menaklukan Gunung Everest. Tugas kita kesana adalah untuk menziarahi. Menaklukkan itu terkesan sombong dan angkuh. Karena itu alam, dia punya Tuhan Yang Maha Kuasa,” pungkasnya.

Sumber: okezone
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita