GELORA.CO - Kementerian BUMN mengajukan pinjaman sebesar USD550 juta atau Rp8,3 triliun kepada China Development. Hal itu untuk menambal kekurangan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Pinjaman itu diajukan setela menyepakati nominal pembengkakan biaya kereta cepat sebesar USD1,2 miliar. Di dalam rapat kerja dengan komisi VI DPR, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan kesepakatan atas nilai pembengkakan itu sudah dicapai setelah melewati diskusi intensif di Beijing soal perbedaan perhitungan pembengkakan biaya sebesar USD1,2 miliar atau Rp18,2 triliun.
Wamen Kartika menargetkan pinjaman itu akan diputuskan dua pekan ke depan. Dengan tercapainya kesepakatan itu, suntikan modal negara bisa dicairkan langsung kepada PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku operator Kereta Cepat Jakarta–Bandung.
“Dana kesepakatan angka 1,2 miliar sudah didiskusikan dengan BPKP untuk disetujui di komite. Kita sedang diskusikan struktur final dan harganya,” kata Wakil Menteri Bumn Kartika Wirjoatmodjo.
Sementara Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan, biaya proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung membengkak bukan karena korupsi. Tetapi, karena kenaikan harga bahan konstruksi dan terhambatnya pengerjaan proyek akibat covid-19.
Tahun 2022 lalu, 75 % cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ditutup dengan pinjaman. Sedangkan sisanya ditambal melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3,2 triliun rupiah dan konsorsium dari Tiongkok.
Sumber: metrotv