Sambut Tahun Baru 2023, Cuitan Rizal Ramli:Semakin Ngawur dan Semakin Otoriter, Kun Fa Yakun!

Sambut Tahun Baru 2023, Cuitan Rizal Ramli:Semakin Ngawur dan Semakin Otoriter, Kun Fa Yakun!

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Pengamat ekonomi dan politik Rizal Ramli tak henti-hentinya memberikan kritikan pedas kepada pemerintah Indonesia.

Meski pernah menjadi menteri kabinet Indonesia Maju, ia tetap menunjukan sikap tidak suka dengan pemerintahan Presiden Jokowi. 

Terbaru, Rizal Ramli menyebut tahun 2023 hanya akan membuat masyarakat sulit akibat pemerintahan yang otoriter. 

"Selamat Tahun Baru,, Tahun Perubahan dan Kebangkitan," tulis Rizal Ramli dikutip pada Senin (2/1/2023). 


"Tanpa perubahan, tahun 2023 hanya akan jadi tahun sulit bagi mayoritas bangsa kita secara ekonomi & sosial,semakin ngawur dan semakin otoriter. Kun Fa Yakun," tulis Rizal Ramli. 

Namun demikian Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap optimis menghadapi tahun 2023. 


Presiden meminta seluruh pemangku kepentingan hingga pelaku usaha untuk menatap optimis perekonomian pada tahun ini.

Jokowi bilang ditengah ancaman resesi yang akan datang pada 2023, rasa optimistis mesti digaungkan.

Dia menambahkan bahwa negara lain mungkin akan gelap kondisi ekonominya, tetapi untuk Indonesia jangan sampai seperti itu.


"Jadi kita semuanya harus tetap optimis, meskipun lembaga-lembaga internasional menyampaikan bahwa tahun ini sulit, tahun depan akan gelap, silakan negara-negara lain, negara kita harus tetap optimis," kata Jokowi dalam acara Trade Expo Indonesia Ke-37 di Tangerang, Rabu (19/10/2022).

Meski harus bersikap optimistis, Jokowi menuturkan bahwa semua pihak harus memasang sikap waspada karena ancaman resesi ini sulit diprediksi kapan akan munculnya.

"Tetapi memang harus waspada harus hati-hati Karena badainya itu sulit dihitung, sulit diprediksi, sulit dikalkulasi. Akan menyebar sampai ke mana, imbasnya ke kita seperti apa," ucap Jokowi.


Sebelumnya, Indonesia masuk dalam daftar survei Bloomberg yang terancam mengalami resesi ekonomi dengan probilitas mencapai 3 persen. Meski demikian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap tenang soal daftar tersebut.

"Indonesia dalam hal ini probabilitas resesi menurut survei tersebut 3 persen dibandingkan dengan negara-negara tersebut jauh lebih kecil," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita beberapa waktu lalu.

Dikatakan lebih kecil karena dalam survei tersebut terlihat negara lain seperti Sri Lankan memiliki tingkat probabilitasnya mencapai 85 persen seperti di Sri Lanka. Eropa prababilitasnya 55 persen dan Amerika Serikat 40 persen.

China juga masuk dalam daftar tersebut dengan probabilitas 20 persen. Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Australia, Taiwan, Malaysia dan Thailand juga sederet negara lainnya.

Meski Indonesia masuk dalam probabilitas, Sri Mulyani menekankan posisi Indonesia masih cukup baik. Seperti yang diramalkan dana moneter internasional (IMF), ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,3 persen.

"Meskipun proyeksi terlihat baik tidak boleh terlena, Indonesia harus tetap waspada," pungkasnya.

Sri Mulyani menjelaskan probabilitas resesi terjadi karena adanya volatilitas global yang meningkat sehingga menimbulkan potensi pelemahan kinerja ekonomi negara-negara di seluruh dunia.

Dalam hal ini, kenaikan harga komoditas menjadi salah satu faktor sejak Januari 2022 hingga sekarang yang menimbulkan dinamika global luar biasa.

Kenaikan harga komoditas energi seperti minyak, gas dan mineral serta pangan telah mendorong kenaikan inflasi di berbagai negara terutama negara maju yang memang tidak mengatur harga energi dan pangan.

Sumber: suara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita