GELORA.CO - Pakar hukum tata negara Refly Harun mengaku telah menerima informasi dari seseorang terkait adanya 3 partai besar yang sudah menyetorkan nama calon wakil presiden (Cawapres) untuk Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.
Hal itu, kata Refly, dimulai sejak Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato yang menyinggung Capres di HUT ke-50 PDIP pada 10 Januari lalu.
“Saya mendengar dari pengusaha, tentu saya tidak sebutkan namanya, sejak pidato Megawati itu, kemarin waktu HUT PDIP justru memberikan keberanian kepada partai-partai untuk menyodorkan nama menjadi wapresnya Anies,” ujar Refly dikutip dari kanal YouTube Refly Harun, Jumat (20/1/2023).
“Ada dari partai besar, yang sudah mengirim utusan kalau bisa menjadi wakilnya Anies, jadi penjajakan politik ini kita jangan percaya panggung depannya, tapi belakangnya juga,” sambungnya.
Kendati dari sejumlah survei sudah moncer beberapa nama di bursa Capres-Cawapres, namun Refly tak sepenuhnya percaya. Sebab, ada survei yang benar-benar menyampaikan hasil ‘apa adanya’ tanpa dibuat-buat atau memenuhi pesanan.
“Tapi sudah mulai, karena ada survei yang sifatnya internal dan eksternal,” kata Refly.
Lantas, Refly menduga jika seandainya di antara tiga partai besar itu sudah menyetorkan namanya, artinya, masa depan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) kandas.
“Jadi kalau begitu, KIB juga bisa bubar dong? Apakah kemudian partai besar itu adalah PDIP untuk menyorongkan Puan menjadi Cawapresnya Anies,” ucap Refly.
Hal itu sebab, kemungkinan dari tiga partai besar yang disebut itu bisa jadi PDIP, Golkar, atau Gerindra.
“Karena kalau partai besar itu kan kemungkinannya 3, PDIP, Golkar, dan Gerindra. itulah 3 partai yang lebih besar dari NasDem,” beber Refly.
“Jadi kita pikir siapa yang mengirimkan utusan untuk Anies Baswedan untuk menjadi Capres? sekali lagi karena tidak jelas informasinya ya kita mengira-ngira 3 partai itu,” lanjutnya.
Dari ketiga partai tersebut, dua nama yang bisa ditebak oleh Refly yaitu Puan Maharani dari PDIP atau Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar.
“Kalau tidak PDIP artinya mencalonkan Puan, dari Gerindra seeprtinya nggak, ataukah Airlangga Hartarto dengan Golkarnya? Sangat mungkin juga,” pungkas Refly.
Sumber: kontenjatim