GELORA.CO - Heboh sistem proporsional tertutup yang diwacanakan akan diterapkan dalam Pemilu 2024, dinilai hanya akan menguntungkan partai politik yang calegnya banyak dikerangkeng Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK.
Sebab, publik atau pemilih hanya mencoblos gambar partai dan penentuan caleg nantinya ditentukan oleh partai politik yang bersangkutan.
"Sistem proporsional tertutup memungkinkan orang-orang yang punya track record korupsi dan sebagainya, tetap saja bisa balik lagi terpilih menjadi anggota dewan," kata jurnalis senior Herusbeno Arief saat bincang-bincang santai dengan pengamat politik Rocky Gerung dikutip dari kanal Youtubenya, Kamis 5 Januari 2023.
Isu soal proporsional tertutup ini sempat diungkapkan Ketua KPU Hasyim Asy'ari. Di mana PDI Perjuangan sebagai partai penguasa terkesan mendukung penerapan sistem ini.
"Kalau terbuka oligarki bisa main individu. Kalau tertutup dimungkinkan bisa lebih bersih. Tetapi PDIP hanya ambil bagian yang menguntungkan dia.
Justru orang menduga kalau tertutup berarti kader-kader koruptor PDIP yang banyak itu, dalam catatan politik Indonesia. Bisa maju lagi dong.
Karena publik nggak tahu ini kucing dalam karung atau kucing dalam karung yang bolong. Akhirnya mulai, orang semacam Rommy juga begitu, bisa terpilih lagi," sahut Rocky Gerung.
Rommy yang dimaksud tiada lain Muhammad Romahurmuziy yang berstatus eks narapidana korupsi dan kini menjabat Ketua Majelis Pertimbangan PPP.
Dia menekankan, yang diselamatkan oleh partai dengan sistem ini adalah mereka yang dinilai masih berguna bagi perkembangan partai ke depan. Bukan menitikberatkan pada orang yang berguna bagi bangsa dan negara.
"Sistem pemilu dunia itu justru dimaksudkan supaya ada kontrol langsung rakyat terhadap legislatornya. Kalau tertutup? Itu artinya hanya ketua partai yang tahu kelakuan si calon yang disembunyikan di karung," ulangnya lagi. *
Sumber: suara