Polisi Haiti Lumpuhkan Negara, Serbu Rumah Perdana Menteri dan Terobos Bandara

Polisi Haiti Lumpuhkan Negara, Serbu Rumah Perdana Menteri dan Terobos Bandara

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Haiti sedang membara. Pada Kamis (26/1), aparat kepolisian di negara Karibia itu memblokade jalan protokol dan menerobos masuk ke bandara utama. 

Kerusuhan itu dilakukan untuk memprotes tewasnya puluhan polisi di tangan gerombolan geng bersenjata yang kian meluas di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ariel Henry sejak 2021.

Menurut saksi mata Reuters yang berada di lokasi kejadian, para aparat kepolisian dengan berpakaian sipil semula menyerang kediaman resmi Henry. 

Mereka kemudian menerobos masuk ke wilayah bandara dan mengerumuni lapangan udara saat Henry tiba dari Argentina.

Untuk sementara waktu, sambung saksi mata itu, Henry sempat terjebak di antara kerumunan. Namun, dia berhasil diamankan dan dibawa pulang ke kediamannya di Kota Port-au-Prince pada hari yang sama — diiringi dengan para demonstran polisi yang meneriakinya.

Alhasil, jalanan di sekitar Kota Port-au-Prince dan di beberapa kota diblokade oleh para demonstran. Hingga berita ini dirilis, belum ada konfirmasi atau komentar langsung dari Kepolisian Nasional Haiti atau Kantor Perdana Menteri Haiti.

Kekacauan di Hati pun menyasar ke kantor-kantor utusan diplomatik asing. Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Bahama mengimbau seluruh warganya yang berada di Haiti — termasuk personel diplomatiknya untuk meninggalkan negara tetangganya itu sesegera mungkin.

Hal itu dikarenakan sehari sebelumnya, aparat kepolisian Haiti telah mencegat Duta Besar Bahama di Kota Port-au-Prince, lalu mengambil kendaraan serta senjata mereka. 

Namun, otoritas Bahama kemudian mengatakan bahwa semua diplomatnya berada dalam kondisi aman, begitu pula kelima warga negaranya yang sempat terjebak kerumunan massa di bandara.

Kekacauan di Hati bermula pada pekan lalu — kala itu, empat aparat kepolisian di dekat Kota Port-au-Prince dilaporkan telah dibunuh oleh geng bersenjata Vitelhomme. 

“Sementara baku tembak pada hari Rabu dengan geng Savien di kota Liancourt menewaskan tujuh petugas lainnya,” lapor Kepolisian Nasional Haiti sebelumnya. 

Berdasarkan laporan dari kelompok pembela hak asasi manusia setempat RNDDH, sejumlah 78 aparat kepolisian telah terbunuh sejak Henry naik ke tampuk kekuasaan pada Juli 2021. RNDDH mengatakan, rata-rata sejumlah lima polisi terbunuh setiap bulannya.

Pihaknya pun menyalahkan terjadinya tragedi itu kepada Henry beserta kepala Kepolisian Nasional Haiti Frantz Elbe, mereka menuntut pertanggungjawaban kedua pejabat itu atas ke-78 nyawa polisi yang hilang di tangan para geng bersenjata.

“Sejarah akan mengingat bahwa mereka tidak melakukan apa pun untuk melindungi dan melestarikan nyawa para agen yang memilih untuk melayani negara mereka,” ujar pihak RNDDH.

Sumber: kumparan
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita