GELORA.CO -Pidato Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dalam HUT ke-50 partai tersebut pada Selasa (10/1/2023) lalu dinilai sebagai bentuk teguran keras terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam akun YouTube-nya, Rocky Gerung mengemukakan, saat Megawati menyampaikan pidatonya, terlihat Jokowi menunggu sang ketua umum mengoreksi kalimat yang dilontarkan. Terutama, saat menyinggung masa dua periode dan tidak diperpanjang, sesuai aturan konstitusi.
"Dua (periode) ya udah dua, nggak usah macam-macam, kerja aja. Kan itu teguran keras. Dan saya lihat wajah Pak Jokowi antara memperhatikan sambil menunggu Ibu Mega memperbaiki kalimat. Ibu Mega nggak memperbaiki, Ibu Mega memang tahu Jokowi itu memang dihasilkan keputusan Megawati. Jadi sebetulnya itu yang kita anggap, Mega tetap seseorang yang taat prinsip dia sendiri," katanya melalui channel YouTube Rocky Gerung Official.
Rocky pun kemudian mengulas sedikit mengenai perjalanan Jokowi dari Solo hingga menjadi RI-1 dengan menggunakan PDIP sebagai kendaraan politiknya. Namun, ia menilai Jokowi kerap mengeluarkan kebijakan yang tidak menguntungkan bagi partai pengusungnya tersebut.
"Dan sering orang anggap Bu Mega keras kepala, bukan. Karena dia tahu, hanya melalui PDIP maka Jokowi bisa dipanggil dari Solo disuruh magang di DKI kemudian diusung jadi presiden. Dan Ibu Mega tahu bahwa kebijakan Presiden Jokowi dalam tujuh tahun ini tidak menguntungkan PDIP."
Lantaran itu pula, Rocky mengemukakan, kalau Jokowi tidak mencerminkan prinsip berdikari Bung Karno.
"Secara ideologis, ya memang Jokowi menyebut kader PDIP, tetapi kebijakannya itu tidak mencerminkan prinsip berdikari oleh Bung Karno. Berdiri di atas kaki sendiri. Jokowi bahkan berdiri di atas kaki China, kira-kira gampangnya begitu. Atau dijadiin kaki oleh China di dalam ekonomi itu. Itu semua ada di dalam media massa.
Ia pun mengemukakan, dalam uraian panjang yang diramunya, banyak orang menunggu pidatonya tentang calon presiden (capres) yang akan disebut saat HUT ke-50 dari mulut Megawati. Namun hal malah tak diucapkan Presiden kelima RI tersebut. Menurut Rocky, hal itu menandakan jika Mega tidak ingin dikendalikan lembaga survei atau pihak istana.
"Ibu Mega dengan kemampuan instingtifnya meramu itu menjadi semacam uraian. Orang mau tunggu pidato tentang calon presiden, tapi dari awal saya sudah duga ini nggak mungkin Ibu Mega ucapkan itu. Karena justru ia dipaksa-paksa, dikepung oleh lembaga-lembaga survei. Jadi kita lihat satu kualitas, walaupun orang bosan dengar kemarin Megawati me,me,me apa namanya saya,saya,saya tapi itu adalah bagian dari sinyal bahwa Ibu Mega nggak ingin dikendalikan oleh para surveyor, nggak ingin dikendalikan tukar tambah Istana."
"Bahwa ada masalah di dalam PDIP; korupsi, segala macam, tapi Mega mau mengatakan, 'iya jangan hubungkan itu, dengan memaksa saya untuk mencalonkan ganjar atau mencalonkan orang lain.'
Mungkin sebelumnya banyak yang menilai jika Ganjar yang akan disebut, tetapi hal tersebut tak kunjung terjadi. Menurut Rocky, Megawati tetap menunjukannya sebagai pemimpin yang tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan, Megawati bisa mengarahkan orang untuk mengikuti langkahnya pada 1 Juni 2023 mendatang, bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila.
"Kan di benak publik, pasti Ganjar tuh. Artinya sudah ada transaksi dengan Pak Jokowi. Mungkin Pak Jokowi sudah sodorkan daftar reshuffle Bu Mega silakan pilih, Ibu Mega tak peduli itu. Jadi di situ yang kita lihat bagaimana Mega tetap kualitasnya sebagai pemimpin yang keras kepala. Keras kepala dalam pengertian yang tahu apa yang harus diucapkannya itu, dan orang disuruh ikuti lagi Mega sampai 1 Juni. Kan Ibu Mega bilang 'Nanti 1 Juni kumpul lagi ya'."
Selain itu, ia juga menyinggung soal kemungkinan calon presiden yang akan diusung PDIP tetap akan mengedepankan kadernya sendiri.
"Tetapi di dalam segala analisis yang berkali-kali yang kita bahas di FNN, Mega tetap tahu bahwa darah Soekarno itu tidak mungkin digantikan darah petugas-petugas partai. Nggak bisa. Jadi Mba Puan bahkan lebih awal mengatakan Pemilu tidak boleh ditunda. Artinya, ada persiapan PDIP untuk menghasilkan kadernya sendiri."
Lantaran itu, Rocky mengemukakan, Jokowi masih gelisah karena pidato politik Megawati menempatkan dirinya sebagai kader partai, bukan presiden.
"Mungkin Pak Jokowi tidurnya gelisah tadi malam, ini apa kenapa saya dinyatakan, kan diperlihatkan Ibu Mega juga dia pintar, dia suruh Jokowi sebagai kader dia bukan sebagai presiden, dengarin dia ngoceh selama dua jam itu."
Sumber: suara