GELORA.CO -Isu reshuffle kabinet Presiden Joko Widodo bergema sejak akhir tahun 2022. Namun reshuffle yang dimaksud tak kunjung terjadi, bahkan belum lama ini disebut tidak dilakukan pada bulan Januari 2023.
"Aduh ya Allah saya harus cerita apalagi, enggak ada cerita reshuffle. Nggak ada, nggak ada reshuffle (Januari), Februari? Ya nggak tahu," terang Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, dikutip dari kanal YouTube KOMPASTV, Rabu (18/1/2023).
Menariknya, pernyataan ini muncul tidak lama setelah Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dikabarkan bertemu dengan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marives) Luhut Binsar Pandjaitan di London, Inggris.
Hal inilah yang disoroti pakar komunikasi politik Effendi Gazali dalam program Adu Perspektif di kanal YouTube Total Politik. Bahkan secara tersirat, Effendi mengaitkan kedua peristiwa tersebut.
"Siapa tahu sekarang, karena bicaranya dalam suasana yang enak, tiba-tiba ujungnya, hari ini kita dengar ada pernyataan dari Istana, 'Tidak ada reshuffle di bulan Januari'. Nah ini kan kabar baik," tutur Effendi.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Hermawi Taslim, memilih menanggapinya secara diplomatis. Hadir secara virtual di forum yang sama, Hermawi menilai pembicaraan tentang reshuffle kemungkinan besar benar terjadi.
"Kalau orang selevel Pak Luhut dan Pak Surya duduk saja (tapi) nggak ngomong apa-apa, itu pasti ada implikasinya bagi kebaikan masyarakat. Apakah ada kemungkinan? Ya sangat ada, tapi kita nggak tahu persis," jelas Hermawi.
Jawaban yang sangat diplomatis ini coba kembali dikorek oleh pembawa acara. Hermawi kali ini merespons dengan lebih terbuka dan secara tersirat menyatakan pembicaraan tersebut memang ada.
"Kalau dua orang tokoh sekelas mereka bertemu itu semua pasti berimplikasi, tetapi tentu tidak khusus. Mereka pasti tidak bicara khusus tentang reshuffle karena itu bukan kewenangan mereka, itu wilayahnya presiden. Saya yakin sekali mereka tidak akan bicara banyak tentang itu karena bukan wilayah mereka," lanjutnya.
Hermawi menyebut pertemuan Paloh dan Luhut dilakukan tanpa sengaja di London. Apalagi karena keduanya merupakan kawan lama yang pernah sama-sama berkiprah di Partai Golkar.
Isi pertemuan Paloh dan Luhut memang banyak disorot publik, apalagi karena fotonya yang dipublikasikan hampir sebulan setelah pertemuan itu dilaksanakan.
Beragam spekulasi muncul. Termasuk dari pengamat politik Refly Harun yang sempat menduga keduanya bertemu untuk "tukar tambah" yang tentu berkaitan dengan nasib pencapresan Anies Baswedan oleh Partai NasDem.
Sumber: suara