Ini Manusia Raksasa Irlandia Charles Byrne, Kerangkanya Dipajang di Museum

Ini Manusia Raksasa Irlandia Charles Byrne, Kerangkanya Dipajang di Museum

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pada abad ke-18, hidup seorang pria jangkung bernama Charles Byrne. Tinggi badannya yang lebih dari 2 meter membuat dia dijuluki sebagai "raksasa Irlandia". 

Ketika dia meninggal, kerangkanya dipajang di Museum Hunterian, di Royal College of Surgeons of England di London, Inggris, dan menjadi pameran museum kontroversial.

Tapi kini, kerangka Byrne tak lagi dipajang di museum sejak direnovasi pada tahun 2017. Charles Byrne lahir di Littlebridge di utara Irlandia pada tahun 1761. 

Ia hidup dengan kondisi yang dikenal sebagai gigantisme, yaitu bentuk akromegali yang muncul di masa kanak-kanak. Akromegali disebabkan oleh produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan di dalam tubuh.

Seperti yang tersirat dari namanya, gigantisme, anak-anak yang lahir dengan kondisi ini tumbuh menjadi sangat tinggi. Dalam kasus Byrne, ia memiliki tinggi badan hingga 2,31 meter.

Akromegali dan gigantisme umumnya disebabkan oleh tumor jinak kelenjar hipofisis di dasar otak, yang disebut adenoma hipofisis. Tapi anehnya, adenoma hipofisis yang Byrne idap tidak pernah terdiagnosis, dan peneliti baru menemukan fakta pada 2011 bahwa itu disebabkan oleh mutasi pada gen untuk protein yang berinteraksi dengan hidrokarbon aril.

Sebelum meninggal dunia di usia 22 tahun, Byrne telah mendapat popularitas di masyarakat. Dia menjadi bagian dari pertunjukan sirkus yang menampilkan orang-orang dengan keadaan fisik, kondisi medis, atau masalah kesehatan tak biasa.

Meski bagi kita yang hidup di zaman modern hal ini berkaitan dengan etis dan moral, tapi di era Georgia masyarakat rela membayar mahal demi melihat pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa Bethlehem.
 
Menurut Royal College of Surgeons of England, Byrne muda pernah takut jenazahnya akan dipakai oleh orang-orang asing demi kepentingan pribadi. Dia kemudian berwasiat jenazahnya ingin dikubur di laut.

Namun sebelum keinginan ini terlaksana, ahli anatomi dan bedah, John Hunter, membayar tubuh Byrne. Tiga tahun setelah Byrne meninggal, kerangkanya dipajang di museum.

"John Hunter (1728-1793) dan ahli anatomi dan bedah lainnya dari abad ke-18 dan ke-19 memperoleh banyak spesimen dengan cara yang tidak kami anggap etis saat ini dan yang berhak untuk ditinjau dan didiskusikan," papar Royal College of Surgeons of England sebagaimana dikutip IFL Science.

Beberapa orang mendesak agar tubuh Byrne dikubur sesuai keinginannya, termasuk profesor emeritus etika medis, Len Doyal, dan pengacara Thomas Munizer yang menulis di jurnal BMJ pada tahun 2011.

Kendati studi pada sisa-sisa kerangka Byrne telah memberikan kontribusi besar pada dunia sains–termasuk penelitian awal tentang hubungan antara tumor hipofisis dengan akromegali– Doyal dan Munizer percaya bahwa saat ini tidak ada lagi alasan untuk mempertahankan kerangka Byrne.

Namun, Dewan Pengawas Koleksi Hunterian menyebut bahwa kerangka Byrne masih merupakan bagian integral dari koleksi, dan wasiat Byrne ingin dikubur di laut memang terdokumentasikan tapi tidak ada bukti tulisan langsung sehingga wasiat itu dinilai kurang kuat.

Tapi, mereka menghargai pandangan beberapa ahli yang tidak setuju kerangka Byrne dipajang di museum sehingga pihaknya berencana tidak akan menampilkan sosok raksasa Irlandia pada pameran museum berikutnya yang akan dibuka akhir tahun ini. Dengan begitu, kerangka Byrne tidak akan dikubur. Tapi disimpan dan tak lagi jadi tontonan publik.

Sumber: kumparan
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita