GELORA.CO -Di berbagai lini media sosial dan pemberitaan nasional tengah menyoroti kawasan Semarang yang saat ini sedang dilanda banjir.
Banjir parah di Semarang ini bukan hal baru, akan tetapi menjadi musiman yang seolah tidak pernah ada solusi.
Sama seperti di kawasan Jawa Barat, banjir kerap terjadi bahkan juga termasuk sudah musiman yang tidak pernah ada solusi pemecahan masalah terkait banjir.
Beberapa titik di Kota Bandung misalnya. Banjir kerap terjadi hingga memakan korban jiwa.
Namun, lagi-lagi banjir di Bandung, Jawa Barat ini luput dari pemberitaan tentang bagaimana masalah tersebut harus diselesaikan.
Kondisi banjir ini menjadi momok bagi kepala daerah yang kerap menjanjikan solusi mengurangi dampak dari derasnya hujan, akan tetapi sama sekali tidak pernah terjadi.
Terbaru adalah banjir di Semarang dimana korban jiwa mulai berjatuhan. Mirisnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo selalu luput dari tuntutan untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut.
Bahkan, buzzer dan politisi terus menggiring opini jika Ganjar Pranowo adalah solusi untuk perbaikan negara ini.
Akan tetapi fakta di lapangan, banjir Semarang telah nyata-nyata menjadi satu di antara masalah besar yang hingga saat ini belum bisa diselesaikan.
Mirisnya, banjir Semarang sudah memakan tiga korban jiwa saat wilayah tersebut diguyur hujan deras sejak Jumat (30/12/2022) sekitar pukul 21.00 WIB.
Sejumlah titik di Semarang mengalami kebanjiran dengan ketinggian yang berbeda-beda pada Sabtu (31/12/2022).
Dari banyak media sosial yang menyoroti banjir tersebut, luapan air sampai masuk ke pemukiman padat penduduk.
Air membanjiri sejumlah lokasi seperti kawasan Simpang Lima, Jalan Pahlawan, Jalan Gajah Mada, Kota Lama, Stasiun Tawang, daerah Kaligawe, dan Bundaran Bubakan.
Di Simpang Lima Semarang, kabarnya ketinggian air hingga mencapai sekitar 40-50 cm.
Sedangkan di Simpang Lima air tampak mencapai ketinggian sekitar 30-40 cm.
Bahkan Jalan Gajah Mada, serta Jalan Mataram hingga Bundaran Bubakan ikut terendam air.
Banjir yang menggenang bahkan masih tampak di beberapa daerah pada Minggu (1/1/2023).
Dampak dari banjir, kendaraan angkut umum seperti kereta api yang akan menuju ke Stasiun Tawang maupun berangkat dari Stasiun Tawang terlambat sampai 11 jam lamanya.
Bahkan lebih dari itu, beberapa kereta api tidak diberangkatkan karena rel yang terendam banjir.
Bukan hanya merugikan secara materi, banjir juga sudah menyebabkan korban jiwa.
Ada tiga korban dinyatakan meninggal dunia, yang dua di antaranya adalah mahasiswa Universitas Sultan Agung Semarang.
Korban jiwa rata-rata tersengat listrik akibat penanganan banjir yang terlambat, khususnya dalam memutus aliran listrik ketika air meluap di Semarang.
Mereka yang menjadi korban jiwa adalah para penerus bangsa, tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sultan Agung Semarang bernama Dinda Shefira (19) dan Muh Kevinabeel (19).
"Mereka (dua korban jiwa) meninggal dunia setelah tersetrum di tempat indekosnya di Jalan Kapas, Kecamatan Genuk," kata Kapolsek Genuk, Kompol RIS Andrian.
"Dari keterangan saksi, diketahui ada kabel terputus yang posisinya terendam air," ucapnya seperti dikutip dari Antara.
Kemudian, korban jiwa kembali terjadi di kawasan industri daerah Terboyo, Kota Semarang, Senin (2/1/2023).
"Korban bernama Sunaryo (62) merupakan warga Kabupaten Ngawi, Jawa Timur," kata RIS Andrian dikutip dari Antara.
"Penyebab tewas diduga korban tersetrum ketika akan menghidupkan genset. Posisi genset saat itu terendam air," ujarnya.
Sumber: suara