GELORA.CO - Ekonom senior Rizal Ramli menyebutkan bahwa pertanyaan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan tentang operasi tangkap tangan (OTT) di negara bermartabat salah arah.
Rizal Ramli mengatakan bahwa negara bermartabat tidak memerlukan OTT, karena jika terbukti korupsi atau melakukan kesalahan, yang bersangkutan sadar dan mengundurkan diri, sehingga pertanyaan Luhut tidak sesuai.
"Pertanyaan yang salah-arah! Negara bermartabat bila korupsi atau melakukan kesalahan, mereka sadar diri dan nengundurkan diri, jadi tidak perlu OTT," ungkapnya dikutip NewsWorty dari Twitter @RamliRizal, Jumat (27/1).
Sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan berbicara tentang OTT dalam acara Saratoga Investment Summit 2023 di Jakarta, Kamis (26/1), dan menegaskan bahwa negara bermartabat tidak memakainya.
"Kalau kita mau, bangsa kita bisa, tidak ada yang tidak bisa, kita ini hebat. Tapi kita harus hati-hati juga tidak boleh jemawa juga, tapi jangan kita merusak diri kita sendiri dari dalam," kata Luhut.
"Saya titip ini tahun politik jangan di-anu, saya omong OTT, padahal OTT kan, manusia itu punya sifat jelek sifat baik, betul kan? genetik, maka ada agama, betul enggak? setelah agama ada peraturan undang-undang, enggak cukup? sekarang ada teknologi," sambungnya.
Kemudian Luhut mulai bertanya tentang sistem OTT di negara bermartabat, ia pun menyebut Indonesia harus mulai membangun ekosistem yang bagus, seperti menggunakan teknologi di dalamnya.
"Untuk semua manusia itu dihambat anunya itu, sifat-sifat malingnya itu. Jadi kalau itu dibuat ekosistem yang baik, maka korupsi itu masih kecil. Kalau korupsi kecil maka OTT banyak berkurang, negara yang bermartabat, ada enggak yang OTT?" kata dia.
"Kita sekarang hebat masuk OTT itu, masa kita bangga sama OTT itu, karena kebodohan kita-kita tidak membangun ekosistem yang bagus," tandasnya dikutip dari democrazy.id.
Sumber: newsworthy