GELORA.CO -Tragedi Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) 1974 dinilai tidak cocok disematkan kata “malapateka” karena dikaitkan dengan kerusuhan sosial.
Pasalnya, kala itu mahasiswa yang dipimpin Hariman Siregar hanya melakukan aksi demonstrasi menolak dominasi modal asing Jepang. Klimaksnya, Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei berkunjung ke Jakarta pada 14–17 Januari 1974.
Demikian disampaikan Ekonom Senior Dr Rizal Ramli di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat pada Senin (16/1).
“Hariman ini tokoh demokrasi. Walaupun keserimpet gara-gara Malari. Saya paling gak suka istilah Malari. Hariman damai kok sama kawan-kawan, cuman demo doang ke Istana,” kata RR, sapaan akrab Rizal Ramli.
Menurut Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini, mahasiswa yang anti modal asing pada 14-17 Januari 1974 kala itu berdemonstrasi dengan damai. Hanya saja, tentara di bawah pimpinan Asisten Presiden Soeharto sekaligus Deputi Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Letjen Ali Murtopo menyusupi gerakan mahasiswa hingga terjadi kerusuhan sosial.
“Tentara mengorganisir kerusuhan yang namanya Malari, Ali Murtopo yang bakar-bakaran yang disalahin mahasiswa. Bukan Malapetaka kok, kawan-kawan (mahasiswa) memperjuangkan demokrasi Indonesia,” tandasnya.
Sumber: RMOL