GELORA.CO -Bau busuk istana dalam menyingkirkan Partai NasDem dari kekuasaan makin tercium saja. Bau busuk itu menguat lantaran Anies Baswedan semakin menjadi dengan motor Parta NasDem.
Hal itulah yang kemungkinan besar tidak disukai Presiden Joko Widodo bersama koleganya, sehingga saat ini mencari jalan agar tiga menteri dari NasDem angkat kaki dari istana.
Pengamat Politik, Faizal Assegaf melihat bagaimana wacana pembersihan Partai NasDem dari kabinet semakin santer.
Apalagi sinyal reshuffle dari Joko Widodo (Jokowi) semakin kuat yang didukung rongrongan para pembisik orang nomor satu di Indonesia.
Keluguan Jokowi benar-benar menyihir bagaimana kerakusan atas kekuasaan tak bisa dihalangi siapapun.
Faizal melihat ada kencenderungan Surya Paloh tetap mempertahankan NasDem dalam kabinet jelang Pilpres 2024.
Dia melihat jika hal itu dilakukan demi bisa melanjutkan lakon membenturkan kekuatan dan kekuasaan Jokowi dengan Anies Baswedan.
Dalam hal ini, Faizal menilai jika lakon yang diperankan Jokowi terbukti sukses, terutama dalam menyulitkan langkah dari Ganjar Pranowo yang jadi saingan berat Anies Baswedan.
“Nasdem bertempur di lingkaran kekuasaan dengan mempertahankan tiga menterinya," kata dia.
Selain itu dalam kacamatanya, NasDem terus merangkul PKS dan Demokrat yang kemungkinan besar sudah setuju dengan maunya Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY untuk mendampingi Anies.
"Sembari merangkul PKS dan Demokrat untuk menggalang dukungan rakyat pada Anies-Agus melalui isu perubahan,” jelas Faizal, melalui cuitannya di Twitter, Senin (2/1/2023).
Faizal melihat jika AHY sudah masuk ring satu dalam peta kekuatan PKS dan Demokrat yang di masa lalu dikenal sangat intim.
“Mengapa Anies-Agus? Kedua sosok sudah disepakati PKS, Nasdem dan Demokrat. Sejauh ini tidak ada perubahan, peran JK & SBY sdh deal dan final,” terangnya.
Bukan itu saja, Parta lain di luar tiga kekuatan besar, ada Partai Ummat yang juga terlihat sangat setuju dengan pertaruan Anies Baswedan bersama AHY.
Untuk memantapkan perkawinan dua anak bangsa ini, giliran SBY dan Jusuf Kalla (JK) untuk melobi.
"Di luar soliditas perubahan yang terus bergerak, Ganjar kebanjiran hujatan, selain dinilai mengganggu PDIP, disisi lain terjebak banjir benaran.”
Sementara Ganjar yang dijegal, Prabowo Subianto dan Puan Maharani beda lagi. Mereka berdua dilematis. Yang diuntungkan adalah Anies dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Nasib sama dialami Golkar, PAN, PPP dan PKB. Kata Faizal, arah mereka saat ini kurang jelas.
“Sementara Prabowo dan Puan gamang, deal politik nasi goreng terlanjur hangus sebelum disajikan. Kalaupun dipaksakan berpasangan, Istana terlanjur pro Ganjar,” imbuhnya.
“Ihwal itu bikin kubu Gerindra dan PDIP kucing2an, tak beda dgn Golkar, PAN, PPP dan PKB yang kian hilang jalan. Makin seru,” pungkasnya.
Sumber: suara