GELORA.CO - Jana Majdi Zakarneh, seorang gadis muda Palestina berusia 15 tahun, berada di atap rumah dengan mengenakan piyama, bermain dengan kucingnya pada Ahad malam. Entah setan jenis mana yang merasuk ke tubuh serdadu zionis Israel, hingga ia ditembak berkali-kali; dua tepat di wajahnya yang polos.
Kota Jenin pun membara dalam diam. Ratusan pelayat duduk di kursi plastik di luar rumah manakala jasad gadis muda itu dipulasara dalam sunyi yang suram. Media dunia tak banyak memberitakan; seolah kematian gadis tanpa dosa itu biasa. Entah, mungkinkah bila John Bogart, editor The New York Sun tahun 1890-an masih hidup, akankah ia bilang,”Kalau serdadu haus darah Israel membunuh orang Palestina, itu bukan berita. Balita Palestina menggigit mati Yahudi keji, itu baru berita.”
Yang terdengar setengah berteriak serak hanya suara bibinya, Hanan Said Zakarneh. “Apa yang dilakukan anak ini hingga dibantai dengan keji ini? Apa kesalahannya?” Tak ada derai air mata dari sudut matanya, seolah mata air jiwanya kering sudah.
Menurut Hanan, Jana gadis yang biasa bermain-main di luar rumah. “Dia menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan orang tua, bukan jenis yang datang dan pergi dari rumah,”kata Hanan kepada Middle East Eye. Kedua orang tua Jana seorang disabilitas yang membutuhkan perawatan dan dukungan penuh waktu.
Jana, yang akan berusia 16 tahun akhir bulan ini, adalah perawat kedua orang tuanya. “Kakak saya hanya punya anak perempuan, yang sekarang sudah syahid, dan anak laki-laki yang masih muda,” kata Hanan.
Ahad malam itu suara tembakan menggelegar di seluruh lingkungan, saat pasukan Israel melakukan serangan, tetapi tidak ada yang segera menyadari bahwa Jana telah ditembak.
Penggerebekan dimulai sekitar pukul 21.30 malam, dan sekitar 20 menit setelah tentara mundur, jenazah Jana ditemukan.
Pamannya, Majid Zakarneh, memberi tahu MEE bahwa ayah dan adik laki-lakinya yang masih berusia 13 tahun, adalah orang yang menemukannya tewas di atap. Itu setelah keluarga menyadari ketidakhadiran Jana dan bergegas mencarinya. “Dia berada di atap, duduk dengan kucingnya. Dia ke sana setelah penembakan dimulai, tapi dia tidak dekat-dekat tentara,” kata Majid.
Majid mengatakan, empat butir peluru tajam menghajar tubuh muda itu: dua di wajah, satu di leher, dan satu di bahu. ” Ketika saya sampai di atap, dia tergeletak di lantai, darah menggenang di mana-mana,” kata Majid. “Adikku bahkan tidak mengerti putrinya telah meninggal. Dia berada di dunia yang berbeda dan tidak dapat memahami apa yang terjadi di sekitarnya.”
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan kematiannya setelah Senin tengah malam, dengan mengatakan Jana terbunuh oleh peluru di kepala yang ditembakkan pasukan Israel selama serangan di kota Jenin.
Tak lama setelah penggerebekan di lingkungan al-Bayadir dimulai, bentrokan pecah antara pejuang bersenjata Palestina dan tentara Israel. Pasukan Israel menggerebek sejumlah rumah di daerah itu, dan menangkap tiga warga Palestina.
Setelah penangkapan, bentrokan meningkat antara pejuang Palestina dan pasukan Israel, kata Saleem al-Subar, seorang aktivis lokal di Jenin, kepada MEE. “Tentara menyerang saat warga sipil masih berada di jalanan, termasuk keluarga yang bepergian dengan anak-anaknya,” kata Subar.
“Kami baru saja mulai mendengar tembakan di mana-mana, dan orang-orang bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka mulai lari dan bersembunyi karena tidak tahu dari mana tentara menembak.”
Apa yang dilakukan Zionis Israel setelah membunuh Jana? Mereka merilis sebuah pernyataan pada Senin sore. “Setelah penyelidikan awal, ditemukan bahwa memang ada kemungkinan besar gadis yang terbunuh itu terkena tembakan tidak sengaja yang ditembakkan ke pria bersenjata di atap di daerah tersebut, dari mana tembakan dilepaskan kepada pasukan.”
Sementara itu, tentara Israel mengatakan, “IDF dan para komandannya menyesal telah membahayakan warga sipil yang tidak terlibat, termasuk mereka yang berada di lingkungan pertempuran dan dekat dengan teroris bersenjata selama baku tembak.”
Para syahid berguguran
Jana adalah warga Palestina ke-59 dan anak ke-15 yang dibunuh oleh pasukan Israel di kota Jenin Palestina, hanya selama tahun ini. Di seberang Tepi Barat, Jana adalah warga Palestina ke-166 dan anak di bawah umur ke-39 yang dibunuh oleh pasukan Israel tahun ini, menurut Wafa.
Tahun 2022 telah menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina sejak PBB mulai mencatat kematian pada tahun 2005. Militer Israel telah melakukan serangan hampir setiap malam di Tepi Barat untuk “menggagalkan teror”.
Pada malam yang sama ketika Jana terbunuh, tiga warga Palestina ditangkap di Jenin dan 15 warga Palestina lainnya dalam penggerebekan lain di Tepi Barat yang diduduki. “Setiap hari, ada martir baru di sini. Kadang ada satu, kadang dua, kadang tiga. Tidak ada yang bertanya apa yang Israel lakukan di sini,” kata Subar.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengutuk kebijakan “tembak-bunuh” yang dilakukan Israel, di saat pembunuhan warga biasa Palestina, yang tidak menimbulkan ancaman, meningkat. Hal itu dapat dilihat dari kasus Jana, yang ditembak empat kali dengan hasil fatal.
Paman Jana tak banyak berharap keponakannya akan mendapatkan keadilan. “Kami tahu ini tidak akan pernah terjadi karena Israel mendapat lampu hijau dari komunitas internasional, dan mereka tidak peduli dengan kehidupan warga Palestina,” katanya.
Demikian pula bibi Jana. “Setelah mereka meninggal, hanya orang tua mereka yang terus mengingat mereka.” [DSY , sumber awal : Middle East Eye]